REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa dukhan menjadi perbincangan hangat beberapa hari belakangan ini. Bahkan isu tentang dukhan terjadi pada 15 Ramadhan tahun ini telah membuat keresahan di tengah masyarakat. Apakah dukhan benar-benar akan terjadi Ramadhan tahun ini?
Peneliti Sains Antariksa Lembaga Antariksa Nasional (Lapan) yang juga Ketua Perhimpunan Kebudayaan Islam Indonesia (IIKV) Bern Switzerland, Abdul Rachman membahas seputar kabar akan terjadinya dukhan dalam kajiannya dengan tema "Meteor Jatuh dan Bencana di Bumi: Menyikapi Kabar Terjadinya Dukhan di Ramadhan Tahun Ini", Ahad (3/5).
Abdul Rachman menjelaskan tentang peristiwa dukhan dapat ditemukan dalam Alquran Surat Ad Dukhan ayat 10-11. Allah berfirman: "Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. Yang meliputi manusia, inilah azab yang pedih".
Terdapat tiga pendapat tentang dukhan. Dari keterangan beberapa sahabat Nabi, yakni Ali r.a, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Amr dan beberapa lainnya menjelaskan dukhan adalah tanda kiamat yang belum terjadi. Sedang menurut pendapat Ibnu Mas'ud, dukhan adalah khayalan atau ilusi yang menimpa kafir Quraisy karena doa Nabi Muhammad.
Orang kafir Quraisy melihat dukhan atau asap diantara langit dan bumi. Pendapat lainnya dukhan adalah debu yang mengepul ketika Fathul Makkah sehingga menutupi langit. Sementara itu, Abdul menjelaskan banyak juga penjelasan ulama saat ini yang mengaitkan jatuhnya meteor sebagai penyebab terjadinya dukhan.
Memang, menurut Abdul, terdapat hadits yang menjelaskan tentang dukhan. Hadits ini diriwayatkan Nuaim bin Ahmad dalam Alfitan dan Alaudin Al Al-Muttaqi Al Hindi dalam kanzul ummal. Namun demikian, hadits tersebut merupakan hadits palsu.
"Hadits yang dijadikan dalil ini adalah hadits palsu. Jadi meyakini terjadinya dukhan pada Ramadhan tahun ini berdasarkan dalil agama adalah salah. Karena dalil haditsnya palsu," ujar Abdul.
Baca juga: Disebut Pertanda Akhir Wabah, Bintang Tsurayya Muncul Juni