REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Angka kematian akibat virus corona jenis baru atau Covid-19 di Inggris telah melampaui Italia. Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris menyatakan, kematian di Inggris dan Wales hingga 24 April mencapai 7.000 sehingga meningkatkan total menjadi 32.313.
Peningkatan jumlah kematian tersebut memberikan tekanan kepada Perdana Menteri Boris Johnson dalam menangani pandemi virus corona. Para politisi oposisi mengkritik pemerintahan Johnson yang terlalu lambat dalam menangani krisis virus tersebut, termasuk menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga medis dan pengujian massal.
"Saya tidak berpikir kita akan mendapatkan vonis nyata tentang bagaimana negara telah melakukan upaya sampai pandemi berakhir, dan terutama sampai kita mendapatkan data komprehensif internasional tentang semua penyebab kematian," ujar Menteri Luar Negeri Dominic Raab.
Menanggapi angka-angka yang dirilis oleh ONS, juru bicara Johnson menyatakan bahwa Inggris telah melewati fase puncak virus corona, tetapi tetap dalam status bahaya. "Negara-negara yang berbeda mencatat hal-hal yang berbeda sehubungan dengan kematian," ujarnya.
Dalam statistik ONS, jumlah kematian akibat Covid-19 di Inggris mencapai 42.000 atau lebih tinggi dari rata-rata kematian di negara lain. Data ONS mingguan juga menunjukkan bahwa puncak kematian kemungkinan telah berlalu. ONS mengatakan, sekitar 7.911 kematian yang dicatat hingga 24 April berasal dari panti jompo dan tempat penampungan sosial.
"Angka-angka ini menunjukkan bahwa pembicaraan tentang 'melewati puncak' virus yang mengerikan ini tidak berlaku untuk perawatan sosial," kata anggota parlemen dari oposisi Partai Buruh, Liz Kendall.
Seorang profesor di Universitas Oxford, Carl Heneghan mengatakan, membandingkan jumlah kematian di Inggris dengan Italia maupun Spanyol adalah tidak imbang. Italia dan Spanyol memiliki populasi yang lebih kecil daripada Inggris.
"Menempatkan grafik dengan Amerika Serikat di bagian atas dan Inggris kedua tidak membantu, tetapi begitu Anda mulai memecahnya dengan melihat populasi kita harus secara serius mengajukan pertanyaan tentang apa yang berbeda," ujar Haneghan.