REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lockdown di berbagai wilayah memang menjadi kesulitan bagi jutaan Muslim di seluruh dunia, utamanya pada Ramadhan kali ini. Namun demikian, hal tersebut tak menjadi halangan bagi sekelompok Muslim Inggris yang berlomba menyalurkan keterampilan teknologinya agar bisa membantu banyak Muslim.
Sekelompok Muslim yang memang memahami teknologi itu, mengikuti penyelenggaraan hackhaton yang dilakukan jaringan pengembang Deen Developers. Di mana, dalam pelaksanaanya, berbagai aplikasi dengan tema “Ramadhan di Rumah” diperkenalkan.
"Ini tentang menginspirasi orang-orang yang bekerja di bidang teknologi agar menggunakan keterampilan mereka untuk diberikan kepada masyarakat," ujar konsultan teknologi dan anggota pendiri Deen Developers, Ibrahim Javed, seperti dilansir Al Araby, Rabu (6/5).
Setidaknya ada lima aplikasi yang diperkenalkan dari penyelenggaraan hackhaton. Salah satunya adalah OnKhair. Berdasarkan pemaparan, platform itu menyediakan siaran langsung ceramah agama dari masjid dan organisasi Islam.
"Banyak dari kita terus menerima undangan untuk ceramah ini di media sosial dan berakhir dengan banyak poster di telepon kita, tetapi tidak ada tempat sentral untuk mengetahuinya," kata tim OnKhair, Imane Kaddo.
Aplikasi itu memang bertujuan agar studi agama dan Alquran tetap berjalan bagi Muslim selama Ramadhan. Sehingga, meski Muslim tak mengunjungi masjid karena larangan berkumpul, pembelajaran bisa tetap dilakukan.
Kaddo dan timnya percaya ke depan, aplikasi itu akan memberikan perubahan yang lebih luas untuk komunikasi syiar jarak jauh. "Saya percaya kita akan melihat perubahan dalam cara kuliah dan pelajaran yang diajarkan. Saya pikir akan terus berjalan, bahkan setelah lockdown," ujar dia.
Sejauh ini, memang banyak organisasi yang dipaksa beralih ke solusi digital untuk beradaptasi dengan keadaan Ramadhan kali ini. Termasuk pembagian buka puasa gratis yang dilakukan banyak pihak.
Menanggapi hal tersebut, proyek tenda Ramadhan yang didirikan sejak 2013 juga telah melakukannya. Terlebih, ketika 100 ribu orang telah menjadi partisipan buka puasa tersebut di seluruh wilayah Inggris.
Kegiatan tersebut nyatanya diadaptasi oleh platform baru dengan nama MyOpenIftar. Di mana, buka puasa masal tetap dilakukan meski tak berkumpul karena adanya larangan di publik.
"Lebih penting dari sebelumnya, untuk menjaga semangat Ramadhan tetap hidup," kata Rohma Ahmed, kepala media proyek itu.
Ahmed menambahkan, jarak sosial dan fisik tidak mengharuskan setiap orang menghabiskan waktu sendirian. Sebaliknya, mereka yang mendaftar penerimaan paket MyOpenIftar juga menerima hal lainnya terkait saran dan fakta kesejahteraan atau kesehatan mental saat lockdown.
Dalam pelaksanaanya, ketika dekat waktu berbuka, peserta akan bergabung dengan peserta lainnya melalui aplikasi Zoom. Mereka dapat mendengarkan berbagai ceramah dan doa bersama.
"Ini baru bagi kita semua, tetapi kita telah dekati sistem digital. Kami menjaga percakapan agar semangat Ramadhan tetap hidup," ungkap Ahmed.
Aplikasi selanjutnya yang menjadi perantara saat lockdown pada Ramadhan kali ini adalah MiniDeed. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi crowdfunding, di mana pengguna dapat menyumbang sebagian rezekinya untuk beramal.
"Salah satu hadits Nabi mengatakan salah satu perbuatan paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten, meskipun kecil," ujar manajer pemasaran aplikasi tersebut, Sakib Ahmed.
Dia menilai, aplikasi MiniDeed merupakan platform yang melakukan perbuatan kecil dengan kegiatan yang dilakukan terus-menerus. Sumbangan yang didapat setiap hari akan disalurkan, utamanya pada bulan Ramadhan.