REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menyatakan lemahnya permintaan untuk bahan bakar transportasi dan profitabilitas yang rendah telah menyebabkan penurunan dalam operasi kilang. Penurunan ini sudah terjadi sejak Maret karena aktivitas ekonomi melemah dan tindakan pembatasan selama penyebaran virus corona.
Kilang di Amerika Serikat telah mengurangi jumlah minyak mentah yang diproses. "Pengilangan kilang AS turun selama empat pekan berturut-turut, mencapai 12,8 juta barel per hari (bph) untuk pekan yang berakhir 17 April," ujar pernyataan EIA dikutip dari Anadolu Agency.
EIA melaporkan, sejak keadaan darurat nasional diumumkan di AS pada 13 Maret hingga 24 April, konsumsi bensin di negara itu turun ke level terendah sejak 1991. Kilang minyak juga mengubah campuran produk minyak yang mereka produksi.
"Berdasarkan rata-rata 2019, satu barel minyak mentah dan input lainnya akan menghasilkan 51 persen bensin motor, 31 persen sulingan, dan 11 persen bahan bakar jet. Pabrik penyulingan AS baru-baru ini mengurangi produksi bensin dan bahan bakar jet dan meningkatkan produksi distilat," kata pernyataan itu.
Rasio produksi sulingan dibagi dengan input minyak mentah yang dikenal sebagai hasil sulingan mencapai 40 persen hingga 17 April. Kondisi ini merupakan persentase hasil sulingan tertinggi sejak tahun 1990. "Hasil bensin motor berada pada rekor terendah 43 persen dalam pekan yang berakhir 24 April," ujar EIA.
Produksi kilang bensin motor AS turun dari 7,9 juta barel per hari untuk pekan yang berakhir 13 Maret menjadi 5,4 juta barel per hari untuk pekan yang berakhir 24 April. Sedangkan produksi bahan bakar jet turun dari 1,6 juta barel per hari menjadi 601 ribu barel per hari selama periode yang sama. Di sisi lain, produksi bahan bakar distilat meningkat dari 4,7 juta barel per hari menjadi 4,9 juta barel per hari selama periode itu.