Kamis 07 May 2020 22:25 WIB

Otoritas Inggris Nilai 400 Ribu APD Turki tak Penuhi Standar

Inggris menaruh bantuan APD asal Turki itu digudang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien di unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Royal Papworth di Cambridge, Inggris, Selasa (5/5). Petugas kesehatan NHS memakai level APD yang ditingkatkan di area berisiko lebih tinggi seperti perawatan kritis untuk meminimalkan penyebaran infeksi COVID-19 kepada petugas kesehatan.
Foto: EPA-EFE / NEIL HALL
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien di unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Royal Papworth di Cambridge, Inggris, Selasa (5/5). Petugas kesehatan NHS memakai level APD yang ditingkatkan di area berisiko lebih tinggi seperti perawatan kritis untuk meminimalkan penyebaran infeksi COVID-19 kepada petugas kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris mengatakan alat pelindung diri (APD) yang dikirimkan Turki disimpan di gudang karena tidak memenuhi standar Inggris. Sebelumnya APD itu diharapkan dapat meringankan kebutuhan APD untuk petugas medis.

"Kami merasa kualitas 400 ribu jubah medis tidak cukup baik untuk petugas garda depan kami yang merawat pasien virus korona," kata Menteri Irlandia Utara Brandon Lewis, Kamis (7/5). 

Baca Juga

Pengiriman ini menjadi sesuatu yang memalukan bagi pemerintah Inggris. Karena pada 18 April lalu para menteri Inggris mengatakan APD itu akan tiba keesokan harinya. Tapi butuh empat hari hingga akhirnya pesawat Angkatan Udara mengangkut kargo berisi APD ke Inggris.

Seperti sebagian besar negara lain Inggris juga kesulitan memenuhi kebutuhan APD petugas medis. Petugas medis sangat membutuhkan APD saat merawat pasien virus korona agar mereka tidak tertular Covid-19.

"Ini pandemi global membuat banyak negara yang memperoleh APD memicu kekurangan di seluruh dunia, tidak hanya Inggris," kata Departemen Kesehatan Inggris.

Sejak awal April banyak petugas medis yang mengkritik pemerintah yang mereka nilai terlalu lambat dalam respon dan tidak siap menghadapi pandemi. Banyak dokter dan perawat di Inggris yang mengatakan mereka terpaksa merawat pasien tanpa APD yang memadai.

Pada 11 April Asosiasi dokter Inggris, British Medical Association (BMA) mengatakan para petugas medis dihadapkan dengan keputusan 'yang menghancurkan hati'. Mereka terpaksa merawat pasien tanpa APD yang memadai dan membahayakan nyawa mereka sendiri.

"Tidak ada dokter yang harus berada dalam bahaya ketika mereka bekerja, dan di masa yang tak biasa ini, hal ini lebih penting daripada sebelumnya," kata ketua BMA Dr Chaand Nagpaul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement