Jumat 08 May 2020 06:38 WIB

Ekonomi DIY Tertekan Akibat Covid-19, BI: Inflasi Masih Baik

Ekonomi DIY tercatat mengalami penurunan menjadi 0,17 persen pada kuartal I 2020.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Friska Yolandha
Buruh tani menanam padi saat musim tanam di Sidoarum, Sleman, Yogyakarta, Kamis (7/5). Perekonomian DIY mengalami tekanan karena dampak dari adanya penyabaran Covid-19 yang sudah tejadi sejak Maret 2020 lalu. Pada kuartal I 2020, ekonomi DIY tercatat mengalami penurunan menjadi 0,17 persen
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Buruh tani menanam padi saat musim tanam di Sidoarum, Sleman, Yogyakarta, Kamis (7/5). Perekonomian DIY mengalami tekanan karena dampak dari adanya penyabaran Covid-19 yang sudah tejadi sejak Maret 2020 lalu. Pada kuartal I 2020, ekonomi DIY tercatat mengalami penurunan menjadi 0,17 persen

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perekonomian DIY mengalami tekanan karena dampak dari adanya penyabaran Covid-19 yang sudah tejadi sejak Maret 2020 lalu. Pada kuartal I 2020, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY tercatat mengalami penurunan menjadi 0,17 persen (yoy) atau turun sebesar 5,48 persen (qtq).

Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, kinerja perekonomian DIY memang lebih rendah. Hal ini dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun se-Pulau Jawa yang tumbuh sebesar 2,97 persen (yoy) dan 3,42 persen (yoy).

Baca Juga

"Setelah mengalami rekor pertumbuhan tertinggi di 2019 yakni PDRB DIY 6,60 persen (yoy), maka secara statistik pertumbuhan ekonomi di 2020 akan rendah," kata Hilman dalam keterangan resminya, Rabu (6/5).

Walaupun adanya tekanan dan penurunan pertumbuhan perekonomian, kinerja inflasi DIY masih tercatat baik. Hilman menjelaskan, laju inflasi DIY secara akumulatif sampai dengan April 2020 masih terkendali yang tercatat 2,34 persen (yoy).

Dengan begitu, capaian inflasi DIY masih berada pada sasaran yang ditetapkan yakni masih di rentang 3 plusminus 1 persen (yoy). Menurut Hilman, terkendalinya inflasi DIY pada April 2020 disebabkan masih mencukupinya stok pangan hingga Lebaran mendatang.

Selain itu, katanya, inflasi terhadap kelompok harga yang diatur pemerintah juga menurun. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan tarif angkutan udara akibat adanya upaya pembatasan aktivitas masyarakat selama pandemi Covid-19. Sehingga, permintaan terhadap angkutan udara pun menurun.

"Kondisi tersebut juga mempengaruhi perkiraan inflasi pasa Ramadhan dan Idul Fitri yang lebih rendah dari data historisnya. BI meyakini sampai akhir tahun 2020, inflasi akan terkendali dan rendah dikisaran sasaran 3 plus minus 1 persen," ujar Hilman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement