REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Badan amal Muslim Inggris melaporkan tingkat donasi yang tak terduga di tengah Ramadhan dalam krisis Covid-19 tahun ini. Dilansir di Salaam Gateway, Jumat (8/5), Ramadhan pertama yang dimulai di bawah penerapan lockdown Covid-19 nyatanya tidak menghentikan Muslim Inggris memberikan amal.
Mereka memberikan beberapa bantuan kepada penggalang dana yang mengkhawatirkan kondisi terburuk atas krisis pandemi Covid-19. Pada akhir Maret, setelah Inggris menerapkan kebijakan lockdown, Dewan Nasional untuk Organisasi Sukarela telah memperingatkan sektor secara keseluruhan menghadapi kerugian 4 miliar poundsterling selama kuartal kedua tahun 2020. Fakta tersebut akan mewakili penurunan hampir sepertiga pendapatan Inggris.
Sebanyak 168 ribu badan amal terdaftar di Negeri Ratu Elizabeth itu. Tentu saja badan amal Muslim bersiap untuk hal terburuk, terlebih terjadinya krisis berbarengan dengan pelaksanaan Ramadhan.
Seperti di negara lain, Ramadhan merupakan periode paling penting untuk penggalangan dana amal di Inggris. Menurut Muslim Charities Forum, Muslim Inggris membentuk komunitas religius amal di Inggris tahun lalu. Komunitas tersebut mengatakan, donatur menyumbang lebih dari 130 juta euro kepada nirlaba Muslim Inggris untuk kampanye di 40 negara.
"Ketika semua ini mulai terurai sekitar enam pekan yang lalu, ada kekhawatiran kami akan kehilangan banyak pendapatan amal. Namun, ternyata kami keliru. Antusiasme beramal Muslim justru meningkat saat krisis," ujar Direktur Penggalangan Dana di Muslim Hands, Yasrab Shah.
Dia menjelaskan, aktivitas penggalangan dana merupakan sumber kehidupan amal. Untuk itu, jika akar penggalangan dana itu gagal, cabang-cabangnya akan berkurang. Artinya, menurut dia, terdapat risiko yang tak sedikit atas terjadinya krisis Covid-19 terhadap penggalangan dana.
Namun demikian, dia menjabarkan, ketidakpastian telah berubah menjadi harapan bagi Muslim Hands yang berbasis di Nottingham itu. Lembaga yang mengelola bantuan internasional dengan proyek-proyek di Timur Tengah, Afrika, Asia, serta di Inggris itu menyebutkan, faktanya sumbangan meningkat sebesar 20 persen pada Ramadhan tahun ini jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Saat tak sedikit sektor usaha dan bisnis mendapatkan pendapatan yang turun drastis, lembaga atau organisasi amal Islam justru melonjak pesat. Dia menjelaskan, banyak donatur berasal dari orang-orang yang bukan kategori menengah ke atas. Dia mengaku, hal itu sangat mengharukan.
“Banyak dari donor kami adalah orang-orang yang bekerja sendiri, mengendarai taksi, atau pekerja harian. Mereka juga terkena imbas lockdown," ujarnya.
Dia menyebut, terpanggilnya mereka untuk beramal merupakan bukti kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT. Untuk itu, dana amal yang terkumpul juga akan didistribusikan kepada para lansia yang terkena dampak lockdown akibat pandemi Covid-19.
“Tolong-menolong merupakan tradisi Islam yang sangat kuat," ujarnya. Orang-orang Inggris juga mengalami sendiri bagaimana rasanya hidup di tengah kekurangan makanan dan di bawah batasan, memberi mereka gambaran tentang seperti apa Ramadhan bagi banyak Muslim di bagian lain dunia, bahkan pada masa-masa normal.
Untuk itu, menurut dia, tak sedikit dari orang-orang Inggris yang telah menyumbang ke luar negeri seperti ke Suriah, Yaman, Rohingya, hingga Kashmir. Hal itu membuktikan pemberian donasi tak hanya dilakukan untuk badan amal setempat.
Di Yorkshire, Zia Salik sedang bersiap-siap menghabiskan malam untuk mengambil panggilan sumbangan selama siaran banding langsung di Saluran Islam ketika ia berbicara dengan Salaam Gateway. Direktur penggalangan dana di Islamic Relief UK itu terpaksa menurunkan aktivitas fisik hampir seluruhnya. Mereka berfokus pada penggalangan dana melalui media digital dan penyiaran.
Pendekatan Salik telah dipengaruhi oleh kombinasi anggaran online lebih besar yang diberikan dari pembatalan acara keterlibatan fisik yang mahal dan profil kaum muda dari komunitas Muslim Inggris. “Makan malam dan pertemuan sudah sangat efektif, tetapi mahal untuk dikenakan. Kami telah menyalurkan biaya acara-acara ini ke penggalangan dana online kami," katanya.
Dia menjelaskan, jika melihat sensus 2011, terdapat ledakan populasi di komunitas Muslim yang ternyata mengerti mengenai digital dan media sosial. Sebagian besar dari mereka berusia di bawah 50 tahun atau rata-rata berada pada usia produktif.
Islamic Relief telah mengalami penurunan keterlibatan offline selama bertahun-tahun demi sumbangan daring. Dalam pendekatan penyelarasan dana tahun ini, badan amal telah mendesak umat Islam menyumbangkan sedekah maupun zakat untuk kampanye di Inggris dan luar negeri.
“Kami telah menghubungi para donor kami dan memberi tahu mereka tentang proyek yang akan kami sampaikan Ramadhan ini dan orang-orang yang akan kami dukung. Ruang digital adalah fokus kami dan mungkin juga dengan badan amal lainnya,” kata Salik.
Namun demikian, pemberian donasi baru-baru ini mengungkapkan temuan survei amal Muslim yang didukungnya menemukan mereka mengharapkan untuk meningkatkan rata-rata 40 persen dari pendapatan tahunan mereka selama Ramadhan. Meskipun orang berharap untuk mengambil sebanyak 80 persen dari dana ini.
Menurut survei, rata-rata satu orang Muslim Inggris menyumbangkan 123 euro pada bulan Ramadhan kali ini. Nilai itu hampir tiga kali lipat rata-rata sumbangan Inggris setiap bulan untuk amal. Meski donasi secara online digencarkan, donasi secara offline atau tradisional pun masih diterima.