REPUBLIKA.CO.ID, Tingkah laku ma nusia tidak hanya beragam, tetapi juga paradoks. Ada yang baik dan buruk. Allah SWT bahkan bersumpah demi malam yang menutupi, demi siang yang cemerlang, hingga demi penciptaan jantan dan betina sebelum menjelaskan tentang kelakuan manusia.
Sumpah ini bisa kita lihat dalam Alquran surah al-Lail ayat 1-4: "Demi malam bila menutupi, demi siang bila cemerlang, demi penciptaan jantan dan betina, sungguh tingkah laku kalian beraneka ragam."
Prof Dr Salman Harun dalam Secangkir Tafsir Juz Terakhir menjelaskan, baik dan buruk dibutuhkan di dunia. Kebaikan ada supaya manusia dapat berjuang mengikutinya. Keburukan atau hal tidak baik diciptakan supaya manusia dapat berjuang mengatasinya. Usaha manusia untuk mengatasi keburukan ini yang akan dinilai Allah SWT. Manusia akan mendapat imbalan atau ganjaran setimpal manakala mereka berhasil atau gagal.
Menurut Salman, baik atau jahat tidak dapat diberantas habis karena iblis dan malaikat sebagai pembawanya juga tidak akan dapat dienyahkan hingga kiamat. Yang dapat dilakukan yakni menjauhi dan menjauhkan yang jahat atau mendekati dan mendekatkan yang baik. Manusia bisa memperkecil dan memperbesar volume kebaikan atau keburukan.
Setelah menjelaskan keberagaman tingkah laku manusia, Allah SWT mengungkapkan terlebih dahulu sifat baik manusia. "Maka siapa yang memberi dan ber takwa." (QS al-Lail: 5). Sal man menafsirkan ayat ini sebagai semangat berkorban yang bersifat membangun. Semangat ini akan selalu memperkuat sendisendi kehidupan masyarakat luas.
Semangat berkorban beserta sikap takwa akan membentuk integritas pribadi yang mumpuni. Terlebih, dalam ayat selanjutnya, Salman pun menjelaskan sikap ini dibantu dengan adanya ke mauan dan kerendahan hati untuk membenarkan segala yang baik. Allah SWT pun menjanji kan kemudahan bagi setiap orang yang memiliki kombinasi sikap ini. "Maka Kami sungguh akan memudahkan baginya segala ke mudahan." (QS al-Lail: 7).
Kemudahan ini akan diperoleh dalam setiap usahanya, se hing ga berujung kepada kebahagiaan. Dengan sikap suka mem beri (tolong-menolong), dia akan ditolong. Dengan integritas yang kuat, orang akan percaya. Jika orang itu suka berbuat baik dan membenarkan kebaikan, tidak jarang dia mendapat balasan lebih baik.
Individu-individu yang berlaku demikian akan membentuk fondasi masyarakat yang kuat. Karena itu, ujar Salman, ketika satu anggota masyarakat bergerak, gerakannya itu akan mendorong warga lainnya untuk ikut bergerak. Dengan demikian, ma sya rakat pada tingkat yang lebih luas akan semakin maju.
Setelah menjelaskan sikap baik manusia, Allah SWT pun men jelaskan tentang lawannya yakni sikap buruk. "Tetapi orang yang kikir dan merasa dirinya sudah cukup. Dan mendustakan segala yang baik. Maka sungguh Allah akan memudahkan baginya kesulitan."
Mereka akan mendapat kesulitan demi kesulitan. Pada setiap langkahnya berujung pada kesengsaraan. Orang serakah akan dibenci, orang angkuh dijauhi, dan orang yang mengingkari kebaikan akan dimusuhi. Mereka akan memperoleh kesulitan da lam hidupnya. Sikap negatifnya akan merongrong masyarakat, sehingga fondasi sosial semakin melemah.
Hartanya tidak akan berguna bila ia ia sudah tersungkur (QS al-Lail: 11). Sifat serakah, ang kuh, dan ingkar itu akan menghilangkan kepercayaan masyara kat. Ketiadaan kepercayaan ha nya akan membuat yang bersang kutan jatuh tanpa ada yang me no long. Kekayaan yang tadinya dibangga-banggakan tidak akan berarti apa-apa.
Meski sudah mendapatkan aki bat dari perbuatannya di du nia, Allah SWT tetap memung kinkan manusia untuk mendapat petunjuk. Allah telah mewajib kan diri-Nya mengasihi makh luk-Nya. Hidayah-Nya ada di mana-mana. Dalam kitab alam, kitab wahyu, hingga kitab manu sia itu sendiri. Mereka diberi kemauan untuk memilih. Mengambil atau tidak hidayah tersebut.