Jumat 08 May 2020 16:29 WIB

Borong Minyak Mentah Impor, Pemerintah Cari Kilang Tambahan

Total kapasitas tangki penyimpanan minyak yang terdata mencapai 29,6 juta barel.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
 Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Antara/FB Anggoro
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merosotnya harga minyak dunia dimanfaatkan pemerintah untuk bisa membeli minyak mentah (crude) sebagai persediaan. Namun, untuk bisa merealisasikan hal ini, pemerintah membutuhkan kilang atau wadah penyimpanan tambahan.

Djoko Siswanto, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), mengungkapkan salah satu strategi yang sedang dikaji pemerintah adalah memanfaatkan tangki-tangki di sektor hulu atau yang biasa menyimpan minyak setelah diproduksi. Sejauh ini total kapasitas tangki yang terdata mencapai 29,6 juta barel.

Baca Juga

Tangki yang sedang didata nantinya akan dimanfaatkan untuk menampung produksi minyak dalam negeri dan untuk CPE (Cadangan Penyangga Energi) jadi ketika tangki dalam negeri siap maka jika harga minyak dunia lagi rendah bisa diisi full, serta ketika sedang mahal maka minyak bisa digunakan.

“Kapasitas tangki tersebut terbagi menjadi tiga, yakni 24,8 juta barel dari tangki aktif. Kemudian 3,5 juta barel tangki dari tangki yang idle. Serta tangki yang rusak kapasitasnya 1,4 juta barel,” kata Djoko, Jumat (8/5).

Dari kapasitas tangki sebesar 3,5 juta barel tersebut merupakan Barang Milik Negara (BMN) sehingga salah satu opsi pemanfaatannya melalui sewa. Sebanyak 1,2 juta barel di antaranya siap untuk diisi, namun terlebih dulu harus dilakukan inspeksi lebih lanjut. “Kapasitas 450 ribu barel di Balongan siap diisi,” kata dia.

Selain itu, tangki dengan kapasitas 2,3 juta barel memang idle hanya kondisinya harus diperbaiki terlebih dulu. “Tangki idle siap pakai perlu beberapa perbaikan agar bisa siap pakai,” kata Djoko.

Menurut Djoko, masih ada satu masalah lagi sebenarnya yang harus dicarikan solusinya, yakni tidak semua tangki yang idle tersebut bisa menyimpan crude yang berasal dari kapal. “Sebagian besar tangki idle tidak dapat menyimpan crude yang berasal dari kapal (backloading). Perlu revitalisasi selama 1,5 tahun agar dapat menerima aliran dari kapal,” jelas Djoko.

Lebih lanjut dia menuturkan dua kapal tanker sebetulnya disamping tanki darat dan ada fasilitas di dekat kilang LNG Bontang maupun Arun bisa digunakan. “Informasinya Bontang misalnya, lalu Arun itu LNG,” ujarnya.

Pemerintah juga akan menyisir fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang tidak lagi digunakan dan biasanya juga memiliki tangki untuk menyimpan stok BBM untuk keperluan pembangkit dulu.

“PLN banyak menggunakan BBM, apakah tangki masih bisa dipakai kami berharap investarisasi darat dan di laut lengkap,” kata Djoko.

Hanya saja menurut Djoko di tengah kondisi seperti sekarang menginventarisasi infrastruktur akan cukup sulit. Padahal banyak fasilitas bisa dimanfaatkan, tapi di sisi lain memang jika mau digunakan lagi perlu ada perbaikan.

“Tangki-tangki tua ini perlu di upagrade. Dalam waktu singkat perlu orang ke sana, perlu terbang, penerbangan juga nggak ada. Perlu dana ,juga tidak bisa menyediakan dana dengan segera. Ini menjadi pelajaran, apakah perlu tangki baru,” kata Djoko.

PT Pertamina (Persero) telah menyatakan di tengah rendahnya harga minyak sekarang membeli minyak ataupun produk minyak adalah pilihan ekonomis. Kendalanya yang kemudian timbul adalah fasilitas penyimpanan yang terbatas.

Tambahan pengadaan minyak mentah oleh Pertamina mencapai 10 juta barel, sementara rencana tambahan produk minyak berupa BBM jenis RON 92 sebanyak 9,3 juta barel.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement