REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sahabat paranormal populer Roy Kiyoshi, Henry Indraguna menjelaskan, Roy mengkonsumsi obat tidur karena kesulitan tidur sejak adanya kebijakan pengetatan seperti kerja dari rumah atau work from home (WFH) di tengah pandemi Covid-19.
"Permasalahannya Roy itu sejak kejadian WFH, dia enggak bisa tidur, makanya konsumsi obat tidur, itu aja tidak ada yang lain," kata Henry yang juga seorang pengacara, saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (8/5).
Menurut Henry, Roy mengkonsumsi obat tidur baru-baru ini saja karena ada pandemi Covid-19, selain itu karena memiliki gangguan tidur akibat kemampuan khususnya sebagai paranormal.
Henry mendapat kabar, Roy memiliki dokter pribadi di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel), untuk mengatasi gangguan tidurnya. "Dia (Roy) memang kalau namanya punya kelebihan itu agak bermasalah di tidur, jadi sering dia konsultasi dengan satu dokter di daerah Jakarta Selatan," kata Henry.
Henry mengatakan dari keterangan keluarga bahwa obat yang ditemukan di kediaman Roy pada saat penggeledahan adalah obat tidur bukan narkoba. "Bahwa Roy Kiyoshi itu tidak ada narkoba, jadi waktu digrebek itu ditemukan obat tidur," kata Henry.
Kasat Narkoba Polres Metro Jaksel, Kompol Vivick Tjangkung mengatakan, hasil tes urine Roy Kiyosi positif benzo. Benzodiazepin adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan.
Obat tersebut diresepkan bagi mereka yang cemas atau tertekan dan dapat digunakan dalam pengobatan jangka pendek pada beberapa masalah tidur tertentu. Benzodiazepin (BZD, BDZ, BZs), kadang-kadang disebut benzo, adalah kelas obat-obatan psikoaktif yang struktur kimianya adalah fusi dari cincin benzena dan cincin diazepine.
Obat pertama golongan itu, chlordiazepoxide (librium), ditemukan secara tidak sengaja oleh Leo Sternbach pada 1955 dan tersedia pada tahun 1960 oleh Hoffmann-La Roche, yang sejak 1963 juga telah memasarkan benzodiazepine diazepam (valium). Pada saat penggrebekan di rumah Roy, petugas menemukan barang bukti 21 butir psikotropika.