Jumat 08 May 2020 17:49 WIB

Ramadhan Tahun Ini Tak Ada Bubur Samin di Masjid Darussalam

Tradisi pembagian bubur samin gratis kepada masyarakat telah dilaksanakan sejak 1985.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Takmir Masjid Darussalam Jayengan, Solo, mengaduk bubur samin, bubur khas Kalimantan, yang akan dibagikan gratis kepada masyarakat umum, Kamis (16/5). Setiap hari selama Ramadhan, Masjid Darussalam membagikan bubur samin gratis kepada warga.
Foto: Republika/Binti Sholikah
Takmir Masjid Darussalam Jayengan, Solo, mengaduk bubur samin, bubur khas Kalimantan, yang akan dibagikan gratis kepada masyarakat umum, Kamis (16/5). Setiap hari selama Ramadhan, Masjid Darussalam membagikan bubur samin gratis kepada warga.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bulan Ramadhan tahun ini Masjid Darussalam, Jayengan, Solo, Jawa Tengah, tak seramai Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sejak pukul 15.00 WIB, orang-orang sudah berkumpul di depan masjid untuk menanti pembagian bubur samin secara gratis.

Setiap hari selama bulan Ramadhan, biasanya puluhan warga terlihat memenuhi halaman Masjid Darussalam di Jalan Gatot Subroto, Jayengan, Kecamatan Serengan, Solo. Mereka mengantre untuk mendapatkan takjil berupa bubur samin, bubur khas masyarakat Banjar, Kalimantan.

Namun, dengan adanya penyebaran wabah corona dan anjuran jaga jarak fisik atau social distancing, Takmir Masjid Darussalam tak lagi mengolah bubur samin khas Banjar.

Takmir masjid telah memasang pengumuman di masjid serta menyebarkan melalui media sosial ihwal absennya bubur samin tahun ini. Takmir masjid juga meminta maaf kepada masyarakat luas karena tidak dapat menyajikan bubur khas Banjar tersebut.

Salah satu petugas Masjid Darussalam, Subakdi, menyatakan, sebelum bulan Ramadhan sudah diputuskan tidak ada pembuatan bubur samin tahun ini. "Kan harus menjaga jarak dan tidak boleh kumpul-kumpul," ujar Subakdi kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Meski sudah dipasang pengumuman, tetapi masih ada warga yang datang membawa rantang untuk mendapatkan bubur itu. "Ada yang pagi itu datang menitipkan rantang. Biasanya memang seperti itu. Tapi sekarang karena tidak ada ya kami kembalikan rantangnya," imbuhnya.

Tradisi pembagian bubur samin gratis kepada masyarakat umum telah dilaksanakan Masjid Darussalam sejak 1985. Sampai sekarang, bubur samin masih diminati oleh warga sekitar masjid, bahkan dari luar Solo, sebagai menu buka puasa.

Ketua Takmir Masjid Darussalam Jayengan, Muhammad Rosidi Muhdor, mengatakan, menu bubur samin di Masjid Darussalam sebetulnya sudah ada sejak 1930 tetapi untuk kalangan internal Masjid Darussalam yang dahulu masih berupa Langgar.

Pada 1965, langgar dirobohkan dan diganti dengan bangunan masjid. Kemudian di 1985 panitia takmir masjid berikrar akan memberikan bubur samin ini dengan gratis kepada masyarakat umum.

Saat pertama kali membagikan bubur samin gratis kepada warga, beras yang dimasak hanya 15 kilogram. Sekarang, beras yang dimasak sudah menjadi 50 kilogram per hari. Setelah dimasak, beras tersebut dijadikan 1.100 porsi.

Sebanyak 200 porsi untuk takjil buka bersama di Masjid Darussalam. Sedangkan 900 porsi untuk dibagikan kepada masyarakat umum. "Bukan hanya fakir miskin tapi siapa saja yang berhasrat buka puasa dengan bubur samin," ujarnya.

Rosidi menyatakan, bubur banjar samin tersebut tidak sama dengan bubur biasa. Sebab, bumbunya khas dari Kalimantan dan ditambah minyak samin. Untuk membuat 1.100 porsi bubur samin dalam satu kuali besar dibutuhkan bahan-bahan antara lain, 50 kilogram beras, enam kilogram daging sapi, santan, susu, minyak samin, serta rempah-rempah.

Rempah-rempah seperti kapulaga, jahe, kunyit, ketumbar, pala kayumanis, lengkuas, dan kemiri. Resep tersebut dipertahankan sejak dulu sampai sekarang. Sehingga terjaga kualitas rasa bubur samin khas Kalimantan.

Proses memasak bubur samin dimulai pukul 11.00 WIB sampai 15.00 WIB. Kemudian, setelah shalat Ashar baru dilakukan pembagian bubur samin. Warga yang mengantre membawa wadah sendiri-sendiri. Biasanya, dalam satu jam, 900 porsi bubur samin sudah habis dibagikan kepada masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement