REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menargetkan 100 hasil urutan genom virus (whole genom sequencing) dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang beredar di Indonesia. Menristek Bambang juga mengatakan Universitas Airlangga sudah siap mengirimkan dua whole genom sequencing.
"Memang harus ada upaya bersama untuk sebanyak mungkin kita mengirimkan whole genom sequencing ini sehingga makin ketahuan virus yang ada Covid-19 yang ada di Indonesia itu yang kategori seperti apa," kata Menristek Bambang dalam bincang yang ditayangkan secara langsung, Jakarta, Jumat (8/5).
Kemudian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga akan melakukan pengurutan genom virus atau whole genom sequencing. Demikian juga, beberapa perguruan tinggi akan terlibat dalam melakukan whole genom sequencing seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada.
Melalui lebih banyak hasil urutan genom virus, maka dapat diperoleh gambaran karakteristik dari virus penyebab Covid-19 yang beredar di Indonesia.
Sejauh ini Indonesia melalui Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah berhasil mengurutkan tiga urutan genom virus penyebab Covid-19 di Indonesia. Hasil urutan genom virus itu telah dikirim ke GISAID, yang mengumpulkan seluruh urutan genom virus Covid-19 dari seluruh dunia.
Namun, tiga hasil pertama itu jelas jauh dari cukup untuk bisa mewakili gambaran menyeluruh dari virus penyebab Covid-19 di Indonesia.
Menristek Bambang mengatakan tiga hasil urutan genom virus itu baru mencakup pasien Covid-19 di Jabodetabek padahal untuk melihat Indonesia secara menyeluruh, maka perlu gambaran dari berbagai daerah di Tanah Air.
Tapi, hasil urutan genom virus itu menjadi langkah awal untuk memulai riset vaksin. "Paling tidak awal yang penting untuk memulai riset vaksin ini sudah berjalan," ujarnya.
Menristek Bambang mengatakan whole genom sequencing agak sedikit terlambat, salah satunya karena Lembaga Eijkman dan laboratorium berkonsentrasi pada upaya melakukan pengujian PCR yang memang dibutuhkan dalam jumlah yang masif agar bisa mendeteksi sesegera mungkin penyebaran Covid-19.