REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Psikiater RSUP Dr. Sardjito, dr. Ronny Tri Wirasto menilai, menjalani anjuran social atau physical distancing dalam jangka waktu relatif lama memunculkan persoalan kesehatan mental. Di antaranya cemas dan stres.
Ronny mengatakan, kondisi itu membuat wanita masuk kepada kelompok yang lebih rentan terpengaruh kesehatan mentalnya. Walaupun, wanita sebenarnya lebih mampu mengendalikan stres yang dialaminya dibandingkan laki-laki.
Ketua Program Studi Pendidikan Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM itu berpendapat, kemampuan perempuan untuk mengendalikan stres terkait tingginya hormon esterogen dalam tubuh. Fungsinya menolak efek negatif stres di otak.
"Harusnya wanita lebih tahan stres dibanding laki-laki karena laki-laki hormonya mudah labil, sehingga emosinya naik turun. Menariknya, wanita yang semestinya stabil secara emosional justru jadi lebih emosional," kata Ronny, Jumat (8/5).
Ia menuturkan, wanita menjadi lebih rentan stres secara emosi dikarenakan beberapa faktor. Salah satunya terkait kesehatan fisik karena secara umum wanita tidak begitu memperhatikan kondisi tubuhnya.
"Misalnya, jika sakit diabaikan dan akhirnya menumpuk, sehingga lebih rentan," ujar Ronny.
Selain itu, ia menerangkan, wanita mempunyai kecenderungan lebih pemikir dibandingkan laki-laki. Maka itu, wanita sering memikirkan sesuatu secara berlebihan yang membuatnya lebih rentan mengalami stres.
"Wanita berpikirnya mendalam dalam banyak hal dan ini bisa memicu stres itu sendiri," kata Ronny.