REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan Muslim berkumpul di masjid-masjid seluruh Bangladesh untuk sholat Jumat pada Jumat (8/5) kemarin, setelah lebih dari sebulan mereka tak menggelarny. Meskipun penyebaran COVID-19 terus berlanjut di negara itu, pemerintah akhirnya memperbolehkan sholat berjamaah.
Di Bangladesh, belum ada tanda-tanda melambatnya penularan virus di Bangladesh. Pada hari Jumat, jumlah keseluruhan kasus mencapai 13.134 dengan 709 tambahan baru, sementara tujuh kematian lainnya menjadikan angka kematian menjadi 206.
Namun, saat Sholat Jumat digelar warga Bangladesh menyambut kesempatan untuk berdoa di masjid-masjid selama Ramadhan, bulan suci puasa Muslim, tetapi juga tetap melakukan protokol kesehatan.
“Saya sangat senang berada di sini untuk sholat Jummah [Jumat] setelah sebulan. Tetapi saya juga menyadari bahwa semua ini dapat memperburuk krisis coronavirus negara itu,” kata salah satu jamaah Shah Paran Bari Jannat seperti dikutip Anadolu Agency di luar masjid nasional Bangladesh Baitul Mukarram di ibukota Dhaka.
“Ini adalah masjid nasional kami sehingga kami melihat orang-orang mengikuti arahan sosial dan pedoman lainnya. Tetapi ada ribuan masjid di Bangladesh di mana aturan ini sepertinya tidak akan diikuti. Pemerintah harus memantau situasi dengan serius," ujarnya.
Sistem desinfektan khusus dipasang di gerbang utama masjid, dan orang-orang harus membentuk antrian untuk memasuki tempat itu. Di dalam, mereka harus menjaga jarak yang disarankan dari satu sama lain.
Selain Bangladesh, sholat berjamaah juga diadakan di Pakistan. Di Pakistan, pemerintah melonggarkan pembatasan meskipun kasus melonjak. Belum ada larangan sholat massal di negara itu karena pemerintah kalah dengan tekanan dari ulama yang menentang langkah tersebut.
Ketika ribuan orang berkumpul di masjid-masjid di seluruh Pakistan pada hari Jumat, Kementerian Kesehatan Pakistan melaporkan rekor harian 1.800 kasus, menjadikan jumlah keseluruhan penderita mendekati 27.000, dengan lebih dari 600 kematian.
Sementara di Korea Selatan, umat Islam juga melakukan sholat Jumat di masjid setelah berbulan-bulan, setelah pelonggaran pembatasan pekan lalu. Negara itu telah memberlakukan langkah-langkah jarak sosial yang ketat sejak Januari sebagai bagian dari upaya untuk membendung penyebaran virus korona.
Pada hari Senin, Federasi Muslim Korea yang berbasis di Seoul mengumumkan bahwa masjid dibuka kembali dari 6 Mei untuk sholat Jumat dan sholat Tarawih khusus yang diselenggarakan selama Ramadhan. Negara ini melaporkan 12 kasus lagi pada hari Jumat, yang meningkatkan total menjadi 10.822, termasuk 256 kematian dan hampir 9.500 pemulihan.