REPUBLIKA.CO.ID, DODOMA -- Tanzania telah menerima paket ramuan herbal dari Madagaskar yang diklaim dapat menangkal infeksi virus korona jenis baru atau Covid-19. Sebelumnya, Madagaskar menyatakan bahwa pihaknya akan mulai menjual minuman ramuan herbal yang dikenal sebagai Covid Organics dan beberapa negara Afrika telah melakukan pemesanan.
"Tanzania hari ini menerima dukungan obat virus korona dari Madagaskar," ujar juru bicara pemerintah, Hassan Abas, dilansir Aljazirah.
Madagaskar mengklaim memiliki obat herbal yang bersal dari artemisia, yakni tanaman yang khasiatnya terbukti dalam pengobatan malaria. Presiden Madagaskar, Andy Rajoelina telah meluncurkan minuman herbal yang diklaim telah menyembuhkan dua pasien korona.
Sejak saat itu, Madagaskar membagikan ribuan botol minuman herbal yang dikembangkan oleh Institut Riset Terapan Madagaskar ke negara-negara Afrika. Salah satu negara yang membeli minuman herbal itu adalah Tanzania.
Tanzania mengatakan kepada Reuters bahwa meraka akan menjual minuman herbal itu secara domestik dengan harga sejutar 40 sen AS per botol. Negara Afrika lainnya yang memesan minuman harbal itu adalah Equatorial Guinea, Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, dan Republik Demokratik Kongo, Liberia dan Guinea-Bissau.
Wakil Menteri Informasi Liberia, Eugene Farghon mengatakan ramuan minuman herbal tersebut akan didistribusikan kepada seluruh warga Liberia. Pemerintah Liberia tidak berencana untuk menguji obat herbal tersebut.
"Madagaskar adalah negara Afrika. Karena itu kami akan terus menggunakan ramuan Afrika kami," ujar Farghon.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa ramuan herbal tersebut belum terbukti kemanjurannya. Senyawa yang diekstraksi dari artemisia memang efektif sebagai obat malaria, namun WHO mencatat tanaman tersebut tidak dapat mengobati malaria.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika juga mengatakan minuman itu harus diuji secara ketat. Kepala WHO Afrika, Matshidiso Moeti mengaku khawatir bahwa orang yang mengkonsumsi minuman herbal tersebut merasa kebal terhadap virus korona dan terlibat dalam perilaku yang berisiko.
"Kami khawatir bahwa menggembar-gemborkan produk ini sebagai tindakan pencegahan mungkin akan membuat orang merasa aman," ujar Moeti.
Uni Afrika akan mencoba mendapatkan data teknis tentang obat herbal yang diklaim oleh Madagaskar, dan mengirimkannya ke CDC Afrika untuk dievaluasi lebih lanjut. "Tinjauan ini akan didasarkan pada norma-norma teknis dan etika global untuk mengumpulkan bukti ilmiah yang diperlukan," kata pernyataan Uni Afrika.