Sabtu 09 May 2020 18:20 WIB

Survei: Efek PSBB Belum Maksimal

Indonesia bisa mencontoh sukses Korsel, Jerman, Australia, dan Selandia Baru.

Petugas gabungan dari Kepolisian Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta melakukan penindakan pelanggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (9/5). Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memberi sinyal akan memperpanjang masa PSBB di Jakarta, mengingat masyarakat akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan takbiran dan acara lainnya di tengah pandemi virus COVID-19
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas gabungan dari Kepolisian Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta melakukan penindakan pelanggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (9/5). Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memberi sinyal akan memperpanjang masa PSBB di Jakarta, mengingat masyarakat akan merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan takbiran dan acara lainnya di tengah pandemi virus COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam survei awal Maret-6 Mei 2020 menunjukkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terlihat belum maksimal untuk mengurangi penyebaran virus corona terbaru atau Covid-19. PSBB sudah diterapkan di 18 wilayah Indonesia.

                               

Baca Juga

Peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, secara umum belum terjadi efek kategori sangat bagus (A) atau istimewa yaitu efek yang secara grafik menunjukkan penurunan sangat drastis kasus baru. "Seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah harus lebih maksimal menerapkan PSBB. Jika tidak, situasi ini akan memperpanjang masa pemulihan di Indonesia," kata Ardian, Sabtu (9/5).

                               

Ardian mengatakan, Indonesia dapat mencontoh sukses di dunia, yaitu efek kategori A (istimewa) terjadi pada empat negara. Yakni, Korea Selatan, Jerman, Australia, dan Selandia Baru. Dari grafik rentang satu sampai dua bulan, pada empat negara itu terlihat puncak pandemik Covid-19 sudah terlewati, sehingga kasus baru menurun secara sangat drastis.

                               

Untuk kepentingan analisis, LSI Denny JA menyusun efek PSBB dalam empat kategori. Kategori ini dibedakan dengan melihat kasus baru harian antara sebelum dan sesudah diterapkannya PSBB. Berdasarkan data LSI Denny JA, belum ada satupun wilayah yang saat ini menerapkan PSBB masuk ke dalam tipologi A (istimewa).

                               

Dalam tipologi B (baik), dari data yang diolah dan dianalisis oleh LSI Denny JA, menunjukkan bahwa ada empat wilayah yang masuk tipologi ini. Keempat wilayah tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat.

                               

Ada lima wilayah dalam tipologi C (cukup), antara lain Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. Dalam tipologi D (kurang), dari data yang diolah dan dianalisis oleh LSI Denny JA menunjukkan bahwa ada sembilan wilayah yang masuk ke dalam kategori ini. Yaitu, Provinsi Sumatra Barat, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Cimahi, Kota Pekanbaru, Kota Surabaya, Kota Banjarmasin dan Kota Tangerang.

                               

Ardian mengatakan, penyebab efek PSBB di 18 wilayah Indonesia belum maksimal diukur dari beberapa hal. Pertama, kegiatan agama, kedua, kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Lalu, ketiga, kegiatan sosial budaya dan keempat, kegiatan transportasi umum.

                               

Dari empat kegiatan itu, terjadi banyak pelanggaran di 18 wilayah itu. LSI Denny JA menyarankan agar pemerintah daerah bersama dengan pemimpin masyarakat, ulama, bahkan ketua RT, para influencer, juga kepala rumah tangga lebih giat lagi menerapkan PSBB.

                               

Kemudian saatnya para relawan terpanggil melakukan perannya masing masing. Para influencer, sebagai misal dapat ikut berkampanye pentingnya protokol kesehatan seperti jaga jarak, pemakaian masker, cuci tangan, dan ibadah di rumah saja.

                               

"Vaksin belum ditemukan. Satu satunya senjata yang bisa dilakukan adalah PSBB dan protokol kesehatan. Bersama kami targetkan, di bulan Mei 2020, kasus baru terpapar Covid-19 harus menurun drastis," tegas Ardian Sopa.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement