REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA -- Ribuan pengendara sepeda mengambil alih jalan-jalan di pusat ibukota Slovenia, Ljubljana, pada Jumat (8/5) malam. Kehadiran sepeda ini bukan tanpa alasan, warga melakukan protes kepada pemerintah Perdana Menteri Janez Jansa dan pembatasan yang diberlakukan untuk melawan virus korona.
Pengendara sepeda membunyikan bel dan meneriakkan "pencuri, pencuri", menyusul tuduhan korupsi pemerintah dalam pembelian masker dan ventilator yang dilaporkan oleh TV Slovenia bulan lalu. Pemerintah pun telah membantah atas tuduhan yang diberikan.
Pemerintah sayap kanan-tengah mengambil alih kekuasan setelah pemerintahan kiri-tengah sebelumnya mengundurkan diri. Peralihan tersebut karena pemerintah sebelumnya tidak memiliki dukungan yang memadai di parlemen.
Protes yang diselenggarakan oleh kelompok masyarakat sipil menjadi yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Pesepeda menggelar demonstrasi kecil di Maribor, kota kedua Slovenia, pada Jumat.
Pengendara sepeda membawa bendera Slovenia dan memegang spanduk bertuliskan "Naikkan upah pekerja", "Hati-hati, pemerintah jatuh", dan "Kuat bersama". Kebanyakan dari peserta protes juga memakai masker sebagai bentuk penjagaan diri di tengah kerumunan.
"Saya ingin pemerintah ini pergi. Mereka mengambil masa depan kita," kata seorang pemrotes muda.
Polisi memagari parlemen, sementara helikopter polisi terbang di atas para pengunjuk rasa. "Kami menyerukan kepada orang-orang untuk menghormati dekrit yang bertujuan melindungi kesehatan masyarakat," kata polisi.
Slovenia memberlakukan lockdown pada pertengahan Maret. Pemerintah mulai mencabut batasan pada 20 April ketika pusat layanan mobil dan beberapa toko dibuka kembali, sementara bar dan restoran telah diizinkan untuk menyajikan makanan di luar sejak awal pekan ini.
Angkutan umum akan beroperasi secara bertahap pada pekan depan dan beberapa murid akan kembali ke sekolah pada 18 Mei. Warga masih harus memakai masker di tempat-tempat umum dalam ruangan dan berdiri setidaknya 1,5 meter di ruang publik. Sejauh ini, negara tersebut telah mengonfirmasi 1.450 kasus dan 100 kematian akibat penyebaran virus korona.