Ahad 10 May 2020 02:53 WIB

Trump Sebut Covid-19 akan Lenyap Tanpa Vaksin

Trump juga memperkirakan kematian di AS akibat Covid-19 di angka 95 ribu kasus.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Gita Amanda
Presiden AS Donald Trump mengatakan Covid-19 akan lenyap tanpa vaksin.
Foto: EPA-EFE/Oliver Contreras / POOL
Presiden AS Donald Trump mengatakan Covid-19 akan lenyap tanpa vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump menyatakan wabah virus Covid-19 akan lenyap tanpa vaksin dan memperkirakan 95 ribu atau lebih angka kematian akibat Covid-19 di AS, seperti dilansir di The Guardian, Sabtu (9/5). Hal ini lantaran karena sekretaris pers Mike Pence pun dinyatakan positif virus corona.

Pernyataan Trump di sebuah acara dengan anggota parlemen dari Partai Republik itu mengakhiri pekan yang mengerikan di AS. Betapa tidak, pengangguran di AS telah meningkat menjadi 14,7 persen, naik dari 3,5 persen pada Februari, dengan 20 juta orang kehilangan pekerjaan pada April.

Baca Juga

Kabar bahwa sekretaris pers Mike Pence dan Katie Miller terinfeksi Covid-19, yang padahal baru-baru ini dinyatakan negatif, membawa bahaya virus ke lingkaran dalam Gedung Putih. Katie Miller menikah dengan penasihat imigrasi dan penulis pidato Gedung Putih Stephen Miller. Pada Kamis kemarin, salah satu valet pribadi Trump dinyatakan positif terkena virus.

Presiden kembali muncul untuk memulihkan ekspektasi untuk angka kematian terakhir AS. Dia memperkirakan 95 ribu atau lebih akan mati. Sedangkan jumlah korban saat ini mencapai lebih dari 77 ribu, dengan hampir 1,3 juta infeksi, termasuk hampir 29 ribu infeksi baru ditambahkan ke data pada Jumat kemarin.

Kementerian Luar Negeri AS menuding China dan Rusia meningkatkan kerja sama untuk menyebarkan narasi palsu terkait pandemi wabah Covid-19. AS menyebut Beijing semakin mengadopsi teknik yang diasah oleh Moskow.

"Bahkan sebelum krisis Covid-19, kami menilai tingkat koordinasi tertentu antara Rusia dan China dalam ranah propaganda," kata Lea Gabrielle, koordinator pusat keterlibatan global Kemenlu AS yang melacak propaganda asing.

Setelah terjadi pandemi, lanjut Gabrielle, kerja sama Rusia dan China meningkat dengan cepat. Para pemimpin komite urusan luar negeri kongres AS menimbang dengan menulis kepada hampir 60 negara yang meminta mereka untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam WHO.

Hal itu mengingat perlunya upaya seluas mungkin untuk memerangi pandemi virus corona. Langkah ini kemungkinan akan semakin mengobarkan hubungan Sino-AS karena Taiwan bukan anggota PBB, dan telah dikeluarkan dari WHO karena keberatan dari China yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.

Taiwan telah berusaha untuk bergabung dengan pertemuan menteri bulan ini dari badan pembuat keputusan WHO, Majelis Kesehatan Dunia, dengan dukungan dari Washington dan beberapa sekutu AS. Taiwan berargumen bahwa pengucilannya dari WHO telah menciptakan celah berbahaya dalam perang global melawan virus corona.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement