Ahad 10 May 2020 20:14 WIB

Mengenang Djoko Santoso Saat Pindahkan Markas BPN ke Solo

Djoko Santoso selalu membuka pintu rumahnya buat para relawan.

Menhan Prabowo Subianto (tengah) berbincang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (kanan) usai pelepasan jenazah dari Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso di rumah duka kawasan Bambu Apus Raya, Jakarta Timur, Ahad (10/5/2020). Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso meninggal dunia usai dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, karena mengalami pendarahan otak
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Menhan Prabowo Subianto (tengah) berbincang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (kanan) usai pelepasan jenazah dari Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso di rumah duka kawasan Bambu Apus Raya, Jakarta Timur, Ahad (10/5/2020). Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso meninggal dunia usai dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, karena mengalami pendarahan otak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Gerindra Kamrussamad mengenang mendiang mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso sebagai sosok yang humanis dan selalu membuka pintu rumahnya untuk relawan. Ia rela jadikan rumah pribadi untuk posko kemenangan.

"Bahkan, rumah pribadinya di Bambu Apus dijadikan Posko Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga," katanya, melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Ahad, menceritakan semasa kampanye Pilpres 2019.

Baca Juga

Djoko Santoso menjabat sebagai salah satu anggota Dewan Pembina Partai Gerindra sejak 2015 dan menjadi Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.

Kamrussamad mengungkapkan mendiang Djoko Santoso dengan sabar melayani aspirasi maupun keluhan relawan. Berlatar belakang militer, Djoko Santoso juga dikenal tegas dan tanpa kompromi yang diterapkannya juga dalam perjuangan politik.

"Tegas tanpa kompromi dalam perjuangan politik, to be or not to be. Tidak ada negosiasi dalam kepentingan Merah Putih," kata anggota Komisi XI DPR RI itu.

Kepemimpinan dan kemampuan Djoko Santoso, kata dia, tercermin ketika mendiang kala itu memutuskan memindahkan Posko Induk Prabowo-Sandi ke Kota Solo 60 hari menjelang pencoblosan. Ia bahkan hadir meresmikan posko yang lokasinya berdekatan dengan rumah pribadi Paslon 01 di Kota Solo.

Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Minggu pagi, pukul 06.30 WIB.

Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 8 September 1952 itu meninggal dunia pada usia 67 tahun. Almarhum dirawat sejak Sabtu (2/5) lalu karena mengalami stroke berat. Djoko pun dikabarkan sempat menjalani operasi di RSPAD usai mengalami pendarahan di otak.

Selain di militer dan politik, nama Djoko Santoso juga menggema di dunia olahraga dengan pernah terpilih menjadi Ketua Umum PB PBSI periode 2008-2012 secara aklamasi.

Sosok pria yang tegas dan perhatian terhadap para prajurit tersebut meninggalkan seorang istri yaitu Angky Retno Yudianti dan dua orang anak yaitu Andika Pandu Puragabaya dan Ardhya Pratiwi Setiowati. Jajaran TNI dan TNI Angkatan Darat pun mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan terakhir atas meninggalnya mantan Panglima TNI Djoko Santoso.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement