REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Selama masa Pandemi Covid-19 ini pemerintah Jawa Barat memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosisal Berskala Besar) termasuk memberlakukan penutupan sementara tempat ibadah. Misalnya saja kegiatan Shalat Jumat diganti salah dzuhur di rumah masing-masing. Kebijakan ini pun telah disepakati oleh MUI dan pemuka agama lain.
Menurut Manager Komunikasi PLN UID Jabar, Iwan Ridwan, efek dari ketidakhadiran jamaah masjid adalah kosongnya kotak infaq. Biasanya, kotak itu akan terisi secara rutin ketika dilaksanakan shalat Jumat. Imbasnya adalah, takmir masjid kesulitan membayar biaya bulanan. Khususnya, pembayaran tarif listrik.
Iwan mengatakan, melalui Yayasan Baitul Mal (YBM), karyawan PLN memberikan infaq ke masjid di daerah Jawa Barat. Sumbangan itu dimaksudkan untuk membantu takmir masjid melaksanakan pembayaran rutinnya. Karena, Covid-19 menyebabkan terputusnya banyak ikatan sosial dan keagamaan.
"Bantuan karyawan PLN melalui Yayasan Baitul mal sudah sering dilakukan, khususnya dalam menanggulangi bencana alam. YBM PLN bersama dinas terkait secepat mungkin turun ke lapangan," ujar Iwan, Senin (11/5).
Dalam masa pandemi ini, YBM PLN kembali melakukan hal yang sama terhadap masjid-masjid yang terkendala pembayaran listriknya. Tercatat ada 2.229 masjid yang telah mendapatkan bantuan tersebut. Jumlah total bantuan sejauh ini mencapai Rp 110 juta.
Bantuan tersebut, kata dia, akan terus diupayakan selama masa pandemi Corona. Mengingat masjid-masjid itu memang bergantung dengan uang infaq jamaahnya. Namun, selama Corona, kotak amal tidak bisa beredar seperti biasanya.
PLN, kata dia, terus berupaya menebarkan harapan baik. Tidak hanya melalui kebijakan perusahaan, tapi juga infaq karyawannya melaui YBM. Di tengah pandemi Covid-19 yang entah kapan berakhir ini, banyak pihak berusaha saling menguatkan.
"Ada banyak dermawan yang turun ke jalan memberikan santunan. Para pejabat, artis, youtuber, dan orang kaya. Mereka yang memiliki rezeki lebih dan membagikan kepada pihak yang kekurangan," katanya.