REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menangguhkan aktivitas stafnya di wilayah Yaman yang diduduki Houthi. Sebuah surat yang didapat Reuters menunjukkan bahwa penangguhan itu untuk menekan kelompok Houthi lebih trasnparan tentang dugaan adanya virus corona tipe baru atau Covid-19 di wilayah terebut.
Surat WHO itu dirilis Sabtu malam lalu (9/10). WHO menginformasikan staf di Sana'a, pelabuhan Laut Merah Hodeidah, provinsi utara Saada, dan provinsi pusat Ibb ditangguhkan sementara. Namun, operasi masih berlanjut.
"Bahwa semua gerakan, pertemuan, atau kegiatan lainnya untuk staf di wilayah itu dihentikan sementara hingga pemberitahuan lebih lanjut," tulis surat tersebut seperti dilansir Arab News, Senin (11/5).
"WHO untuk sementara menghentikan pergerakannya di wilayah utara karena ancaman yang dapat dipercaya dan risiko yang dirasakan yang dapat berdampak pada keamanan staf," ujar pernyataan itu.
Namun demikian, pasukan penjaga perdamaian PBB masih beroperasi. "Kami bersaing untuk sumber daya dan pasokan di pasar global dan 'status prioritas' suatu negara dalam hal siapa yang menerima untuk Covid-19 secara langsung terkait dengan berapa banyak kasus di negara dan apa yang dibutuhkan, dan itu adalah angkanya," kata WHO.
Tiga sumber mengatakan kepada Reuters bahwa WHO telah mengambil tindakan untuk menekan Houthi untuk melaporkan hasil tes Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona. Pemerintah yang diakui secara internasional menuduh Houthi, yang didukung Iran menutupi wabah corona di Sana'a.
WHO pun khawatir Covid-19 dapat mewabah di Yaman, sebab penduduknya memiliki tingkat kekebalan terendah terhadap penyakit dibandingkan negara lain. Kapasitas pengujian yang minim juga telah menambah kekhawatiran.
Yaman yang tengah dilanda perang merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap penyakit. Negara itu dibagi antara pemerintah yang diakui secara internasional yang sementara berpusat di selatan dan milisi Houthi.
Pemerintah Yaman sejauh ini melaporkan 34 kasus infeksi positif Covid-19 dengan tujuh kematian di wilayah yang dikendalikan. Sementara milisi yang didukung Iran, yang memegang sebagian besar pusat kota besar, telah mencatat hanya dua kasus dengan satu kematian.