REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah China telah mengeluarkan bantahan terkait 24 ‘tuduhan tidak masuk akal’ oleh beberapa politisi terkemuka AS atas penanganan wabah virus Corona baru. Dilansir dari Reuters, Kementerian luar negeri China menolak tuduhan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang mengatakan China telah menahan informasi tentang virus corona baru yang berasal dari sebuah laboratorium di kota Wuhan.
Dalam artikel setebal 30 halaman yang diposting di laman web kementerian pada Sabtu (9/5) malam membantah 24 klaim tidak benar dari AS, termasuk menyebut virus corona baru sebagai virus China atau virus Wuhan dan mengklaim bahwa Institut Virologi Wuhan menciptakan virus tersebut.
Artikel itu juga mengutip laporan media yang mengatakan orang Amerika telah terinfeksi virus sebelum kasus pertama dikonfirmasi di Wuhan. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan itu terjadi.
Artikel tersebut juga membantah tuduhan AS terkait kesengajaan dibuat atau dibocorkannya virus dari Institut Virologi Wuhan. Dalam artikel tersebut juga mengatakan “Semua bukti menunjukkan virus itu bukan buatan manusia,” tulis artikel tersebut di lansir dari Reuters pada Senin (11/5).
Tuduhan AS terkait lambannya membunyikan peringatan akan penyebaran virus Corona juga dibantah dalam artikel tersebut. China mengaku telah memberikan informasi kepada dunia internasional dengan cara yang tepat waktu, “terbuka dan transparan”.
Meskipun China berulang kali menjamin, kekhawatiran tentang ketepatan waktu informasinya telah bertahan di beberapa tempat.
Sementara, sebuah laporan oleh majalah Der Spiegel, Jumat (8/5) lalu mengutip agen mata-mata Badan Intelijen luar negeri Republik Federal Jerman yang mengatakan upaya awal China untuk menahan informasi telah memakan waktu empat hingga enam minggu bagi dunia yang dapat digunakan untuk melawan virus.
Artikel itu menolak kritik Barat atas penanganan China terhadap kasus Li Wenliang, seorang dokter berusia 34 tahun yang telah berusaha memberikan peringatan atas wabah virus baru di Wuhan. Kematiannya dari Covid-19, penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus, memicu curahan kemarahan dan kesedihan di seluruh China.