REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sakratulmaut adalah suatu ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh. Tak satu pun bagian dari dirinya yang terbebas dari rasa sakit itu.
Sakaratul maut ialah malapetaka paling dahsyat dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun, ia memberikan rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang.
Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah SAW bersabda, "Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutra. Apakah duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutra yang terkoyak?"
Seperti dikisahkan Al-Hasan, beliau juga pernah menyinggung soal kematian. "Sakitnya (sakaratul maut) sama dengan 300 tusukan pedang," sabda beliau.
Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim AS akan dicabut, Allah SWT berfirman kepada Ibrahim AS, "Bagaimana engkau merasakan kematian?"
Beliau menjawab, ''Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik."
"Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu," demikian firman-Nya.
Tentang sakaratul maut pula, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit kematian, dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain seraya berkata 'Sejahteralah atasmu; sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat kelak.'"
Nabi SAW sendiri menjelang akhir hayatnya bermunajat, "Ya Allah, ringankanlah aku dari sakitnya sakaratul maut." Demikian doa itu diucapkannya hingga tiga kali. Padahal, telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan masuk surga.
Bagaimanapun, kematian semestinya tak perlu terlalu ditakuti. Justru, kehidupan setelah kematian itulah yang patut direnungkan lebih dalam.
Bagi orang yang telah mencapai level makrifat, kematian bahkan dirindukan. Dalam arti, itu adalah pintu menuju perjumpaan dengan Kekasih (Allah SWT).
"Barangsiapa membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya," sabda Rasulullah SAW.