Selasa 12 May 2020 05:23 WIB

Mualaf Caitlyn Munrol: Saya Temukan Tuhan Lewat Alquran

Caitlyn Munrol menemukan hidayah setelah 4 tahun mendalami Alquran.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Caitlyn Munrol menemukan hidayah setelah 4 tahun mendalami Alquran.
Foto: aboutislam
Caitlyn Munrol menemukan hidayah setelah 4 tahun mendalami Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID,  Ketertarikannya terhadap dunia medis sejak kecil mengangarkan Caitlyn Munro menempuh bangku kuliah di Universitas Liverpool. Ia menempuh jurusan ilmu keperawatan. 

“Saya selalu bercita-cita menjadi perawat sejak anak-anak. Apalagi, ibu selalu mengatakan, saya memang cocok sebagai perawat. Saya ingin menjadi perawat yang kompeten,” kata Caitlyn Munro menuturkan kisah hidupnya kepada About Islam, belum lama. 

Baca Juga

Bagaimanapun, gadis asal Inggris ini tetap memiliki kehidupan sosial. Bahkan, ia merasa lingkaran pertemanannya kini semakin luas dan beragam sejak dirinya berstatus mahasiswi. Caitlyn tidak hanya berkawan dengan orang-orang yang seagama atau senegara dengannya. Ia pun banyak berinteraksi de ngan mereka yang berbeda iman, latar belakang, dan kebangsaan. 

Sebelumnya, ia amat jarang mendengar cerita tentang umat agama-agama di luar yang sama den gannya. Sejak menjadi mahasiswi, ia merasa lebih berpikiran terbuka. Ia menerima kemaje mukan sebagai fakta dunia. Oleh karena itu, Caitlyn bersahabat dengan siapa saja, tanpa memandang agama atau latar budaya. 

Di antara sahabat-sahabatnya adalah pemeluk Islam. Waktu itu, Caitlyn nyaris tak mengetahui sama sekali ihwal agama ini. Sebatas pengetahuannya, Islam adalah agama orang Arab atau berasal dari kebudayaan Arab.  

Suatu hari, seorang sahabatnya yang Muslim memberikan penjelasan tentang Islam. Caitlyn perlahan-lahan menyadari, Islam tidak dapat digeneralisasi sebagai agamanya orang Arab. Ajaran Islam bersifat universal dan bersumber dari Alquran dan Nabi Muhammad SAW. 

Setiap Muslim meyakini, Tuhan adalah Allah SWT, Zat Yang Maha-Esa. Allah tidak beranak, tidak pula diperanakkan. Selain itu, Allah juga memiliki sifat Mahapengasih dan Mahapenyayang. 

“Ini tecermin dalam ungkapan bismillahirrahmaanirrahiim. Artinya, dengan nama Allah Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang,” kata Caitlyn menirukan penuturan sahabatnya itu. Lama-kelamaan, Caitlyn merenungi agama para sahabatnya itu yang Muslim. Sebab, ia menyaksikan betapa Islam berpengaruh besar terhadap kepribadian mereka.  

Di mata Caitlyn, mereka menjalani hidup dengan hati yang tenteram. Di antara mereka pun terlihat keakraban, kepedulian, dan kasih sayang. Malahan, tak jarang mereka menyertakan Caitlyn ikut dalam beberapa acara amal yang bertujuan membantu sesama. Tindakan ini menyentuh perasaannya. Caitlyn merasa, ajaran agama ini menghasilkan resonansi, kesamaan persepsi, dengan hatinya sendiri dalam memahami dunia.  

Mungkin, pemahaman ini berasal dari cita-citanya sendiri. Seorang perawat yang sejati menjadikan tolong-menolong sebagai spirit utama. Sering kali, perawat mendapati kepentingan orang lain harus didahulukan daripa da dirinya sendiri. Ketulusan itu Caitlyn rasakan dari aktivitas sosial yang dilakukan sahabat-sahabat Muslimnya itu.  

Pada suatu pagi 2017, Caitlyn melihat sahabatnya sedang membaca buku dengan sampul yang menarik hati. Ia pun bertanya, buku apakah itu? Karibnya itu mengatakan, itu adalah terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris. Caitlyn tertarik untuk ikut membacanya. Akhirnya, ia dipinjamkan buku tersebut. Sahabatnya itu berkata, buku ini boleh dikembalikan kepadanya kapan saja.   

Seiring waktu, hubungannya dengan Islam berubah total. Kecintaan terhadap agama ini kian tumbuh hari demi hari dalam hatinya. Caitlyn terus membiasakan diri membaca buku terjemahan Alquran itu yang ia peroleh dari sahabatnya.  

Caitlyn sendiri adalah seorang kutu buku. Biasanya, ia akan membaca dengan cepat dan berupaya menemukan intisari dari bacaan. Akan tetapi, hal itu tak dapat dilakukannya terhadap Alquran. Lebih tepatnya, ia tidak mau buru-buru menyudahi interaksinya dengan teks yang dianggap suci kaum Muslimin sedunia itu. “Saya sangat terpesona dengan betapa damainya ajaran Islam,” ujarnya mengenang momen itu.  

Sejak pertama, ia telah mengagumi setiap kata yang terdapat di dalam Alquran. Ia mengakui bahwa setiap ayat yang tertulis di dalamnya seakan-akan memiliki magnet. Hatinya tertambat kuat. Tiap kalimat dari firman Allah terasa sangat bermakna.  

“Biasanya, saya bisa membaca teks dengan cukup cepat, tetapi saya tidak bisa melakukan ini dengan Alquran karena betapa kuat dan bermakna setiap ayat,” ujarnya. Caitlyn selesai membaca seluruh Alquran secara mendalam dalam waktu hampir empat bulan. Setelah itu, keyakinannya menjadi semakin teguh.

Ia menyadari, tak ada kesangsian lagi. Seluruh jiwanya bersaksi, tidak ada tuhan selain Allah. “Saya menemukan di dalam Alquran apa yang selama ini saya cari. Saya menemukan Tuhan. Allah memiliki kehendak atas segala hal, dan segalanya bergantung kepada-Nya. Dengan kepastian ini, saya merasa, manusia tidak seharusnya berputus asa dari kasih sayang-Nya,” tutur Caitlyn.

Ia percaya setiap kata dalam Alquran. Caitlyn meyakini, kebenaran sudah tampak di hadapannya. Dan, inilah saatnya mengakui akan hal itu dengan setulus hati. Teguh Berislam Tiba-tiba, datang kabar mengejutkan. Caitlyn mengetahui, seorang saudaranya meninggal dunia. Ia begitu sedih dan merasa kehilangan. Akan tetapi, batinnya seketika ingat akan kekuasaan Ilahi.  

“Saya menyadari, setiap manusia sesung guhnya tidak memiliki kontrol atas diri mereka sendiri, juga atas apa yang akan dan telah terjadi pada mereka. Begitupun saya atau keluarga saya. Ketika kerabat dekat saya itu meninggal dunia, saya tersadar akan hal itu, tutur dia.” 

Malam itu, Caitlyn bersimpuh dalam kesendirian. Batinnya seakan berteriak, ingin kembali kepada Allah. Ia berharap dapat menerima perlindungan dan pengampunan.  

Keesokan paginya, perempuan itu telah membulatkan tekad. Ia memutuskan untuk menjadi seorang pemeluk Islam. Dia meyakini, keputusannya ini adalah juga kehendak Allah SWT. Ia kembali kepada jalan kebenaran. Ia menerima Islam karena agama ini mengajarkan kepasrahan manusia terhadap kekuasaan-Nya. Caitlyn melihat, kesadaran demikian penting dalam menjalani kehidupan di dunia: segalanya bergantung pada Allah.  

Allah tidak menyukai manusia yang kufur dan Dia yang Mahakuasa menciptakan mereka untuk percaya kepada-Nya dan menyembah-Nya. 

“Ayat dari surat az- Zariyat 56 juga terpatri dalam batin saya. Artinya, 'Aku yakni Allahtidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.' Saya meyakini itu, papar Caitlyn.

Kepercayaan tentang para utusan-Nya sudah diketahui Caitlyn dari agamanya dahulu. Akan tetapi, poin pada keesaan Tuhan menjadi sesuatu yang mengubah kesadarannya. Inilah mengapa ia menerima Islam

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement