Selasa 12 May 2020 10:33 WIB

Lockdown Melonggar, Kasus Corona di Jerman dan Prancis Naik

Kasus baru di Jerman dan Prancis dikhawatirkan masuk gelombang kedua virus corona.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Suasana sebuah super market di Duesseldorf, Jerman, akhir bulan lalu. Jerman berencana membuka seluruh toko besar pada 11 Mei.
Foto: EPA-EFE/SASCHA STEINBACH
Suasana sebuah super market di Duesseldorf, Jerman, akhir bulan lalu. Jerman berencana membuka seluruh toko besar pada 11 Mei.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jumlah kasus baru virus corona meningkat di Jerman dan Prancis. Menurut data Robert Koch Institute (RKI), kondisi itu terjadi akibat pelonggaran karantina wilayah atau lockdown.

Jerman dianggap sebagai negara Eropa yang paling sukses menekan penyebaran virus corona. Program pengujian secara luas menjadi upaya yang bisa membuat pelonggaran aturan dilakukan secara cepat untuk mengembalikan perekonomian.

Baca Juga

Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan, tingkat penularan baru virus corona harus ditahan di bawah 1 untuk mencegah sistem kesehatan menjadi kewalahan. Hanya saja, lembaga penelitian itu melihat, tingkat penularan corona saat ini di atas ambang kritis selama tiga hari berturut-turut, dengan angka perkiraan 1,07 pada Senin (11/5), setelah 1,13 sehari sebelumnya.

Angka terbaru menunjukkan bahwa 100 orang yang terinfeksi rata-rata menginfeksi 107 orang lainnya. Berarti jumlah infeksi baru semakin cepat dan dapat menandakan awal dari gelombang kedua pandemi di ekonomi terbesar Eropa ini.

Dilansir Aljazirah, pejabat Jerman mengatakan, perkiraan tingkat reproduksi atau "R" menjadi lebih fluktuatif karena jumlah keseluruhan infeksi menurun. Menurut dia, terjadinya lonjakan singkat tidak selalu berbahaya.

Tapi Merkel memperingatkan bahwa penting bagi orang Jerman untuk tetap berpegang pada aturan dasar pencegahan. Dia menyarankan warga tetap menjaga jarak, memakai pelindung mulut dan hidung, serta menunjukkan pertimbangan untuk satu sama lain.

Kasus virus corona yang dikonfirmasi meningkat selama periode 24 jam terakhir dengan jumlah yang relatif kecil. Data terbaru menunjukkan terjadi penambahan 357 menjadi 169.575. Sedangkan warga yang meninggal dunia dilaporkan sebanyak 22 menjadi 7.417.

Sedangkan di Prancis, angka kematian akibat Covid-19 hampir empat kali lebih tinggi pada Senin ketimbang sehari sebelumnya. Sementara, kasus-kasus baru yang dikonfirmasi lebih dari dua kali lipat dalam 24 jam. Padahal, negara itu juga mulai melonggarkan karantina wilayah nasional yang sudah berlaku hampir dua bulan.

Jumlah korban meninggal Prancis sejak wabah itu masuk kini mencapai 26.643 dan menjadi tertinggi kelima di dunia setelah Amerika Serikat, Inggris, Italia, dan Spanyol. Kasus baru yang dikonfirmasi dari virus corona naik 456, dibandingkan 209 sehari sebelumnya, sehingga total menjadi 139.519 kasus pada Senin.

Angka-angka dari kedua negara di Eropa tersebut menambah kekhawatiran kemungkinan gelombang kedua infeksi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengatakan kewaspadaan lebih sangat diperlukan di negara-negara yang mulai melonggarkan lockdown.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement