REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Liga Primer Inggris seharusnya tidak memulai kembali musim kompetisi hingga jumlah kasus baru virus corona turun secara signifikan. Itu karena dianggap membahayakan nyawa. Demikian disampiakn pemain belakang Newcastle United Danny Rose.
Klub-klub Liga Primer Inggris telah mendiskusikan untuk menyelesaikan musim ini yang masih mempunyai sembilan putaran. Kemungkinan liga akan dimulai kembali bulan depan mendapat dorongan ketika pemerintah mengatakan olahraga elite bisa kembali setelah 1 Juni.
"Pemerintah mengatakan 'kembalikan sepak bola karena ini akan meningkatkan moral bangsa'," kata Rose, Selasa (12/5), pada video live Instagram, lalu menambahkan bahwa ia tidak peduli mengenai moral bangsa lebih dari kesehatannya sendiri.
"Nyawa orang dalam bahaya. Sepak bola seharusnya tidak dibicarakan hingga jumlahnya turun secara besar-besaran. Saya mendengar pengumuman kemarin, tidak ada sepak bola sampai 1 Juni atau semacamnya, saya bahkan tidak memperhatikannya."
Inggris telah mencatat lebih dari 223.000 kasus dan lebih dari 32.000 kematian akibat virus corona - jumlah tertinggi di Eropa.
Wakil kepala Asosiasi Sepak Bola Profesional Bobby Barnes mengatakan pemain kulit hitam khawatir dengan dimulainya kembali liga setelah studi pemerintah Inggris menyebutkan orang kulit hitam hampir dua kali lipat kemungkinan meninggalakibat COVID-19 dibanding kulit putih.
"Saya pikir saya akan menjalani tes pada Jumat, jadi kita tinggal menunggu dan melihat," tambah Rose, yang dipinjamkan dari Tottenham Hotspur hingga akhir musim ini. "Saya sedih karena orang sakit dan terpengaruh. sepak bola seharusnya menjadi hal terakhir dalam urutan."
Pembicaraan berlanjut antara Liga Premier dengan pemerintah mengenai rincian bagaimana melanjutkan musim dilakukan, dengan klub-klub berharap mereka bisa menghindari bermain di tempat netral.
Pekan lalu, klub-klub diberi tahu bahwa kembali menyelesaikan musim harus dengan memainkan pertandingan secara tertutup dan di venue netral - untuk membatasi risiko suporter datang di luar lapangan.
Namun ide tersebut telah ditolak oleh sejumlah klub yang menghadapi ancaman degradasi, seperti Watford dan Brighton & Hove Albion, yang mengekspresikan kekhawatirannya mengenai keadilan memainkan pertandingan di venue netral.