REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi tahun ini sulit untuk mencapai 2,3 persen. Tekanan ekonomi yang terlalu dalam akibat pandemi Covid-19 menjadi penyebabnya.
Diketahui, 2,3 persen merupakan batas atas proyeksi pertumbuhan ekonomi versi pemerintah. Prediksi ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Dalam regulasi tersebut, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi 2020 berkisar antara 2,3 persen untuk skenario berat hingga kontraksi 0,4 persen pada skenario sangat berat. Tapi, Suharso menyebutkan, kemungkinan angka kontraksi tidak akan terjadi. "Saya pribadi, mencatatnya di bawah 2,3 persen, namun positif," ujar Suharso dalam pembukaan Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) 2020 melalui streaming, Selasa (12/5).
Prediksi Suharso berbasiskan pada realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang hanya 2,97 persen. Angka ini jauh lebih lambat dibandingkan realisasi kuartal pertama 2019 sebesar 5,07 persen, maupun proyeksi pemerintah yakni di atas empat persen.
Situasi tersebut akan semakin parah pada kuartal kedua mengingat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah diberlakukan, berdampak pada pelambatan aktivitas sosial dan ekonomi.
Tapi, Suharso menilai, pertumbuhan ekonomi mulai membaik pada kuartal ketiga seiring kebijakan pemerintah untuk mendorong konsumsi dan membantu dunia usaha. "Juli mungkin akan lumayan, bergantung pada gimana pemulihan ekonomi kita," ucap dia.