Selasa 12 May 2020 14:38 WIB

Tak Ada Korban Jiwa dalam Banjir Bandang Garut

Pemukiman warga di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, terendam banjir.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bayu Hermawan
Banjir (ilustrasi)
Foto: Antara
Banjir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Banjir bandang menerjang pemukiman warga di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, pada Senin (11/5) kemarin. Banjir akibat luapan Sungai Cibarengkok, anak Sungai Cimanuk, itu sempat meluap dan menggenangi pemukiman dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Iman Purnama Ridho mengatakan, saat ini banjir telah kembali surut. Iman mengungkapkan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Baca Juga

"Sekarang sudah surut semua. Sekarang tinggal pembersihan saja," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/5).

Kendati tak ada korban jiwa, berdasarkan laporan BPBD Kabupaten Garut, sejumlah bangunan rusak akibat bencana itu. Setidaknya, satu asrama dan dua kamar madrasah, di sebuah pesantren di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, itu rusak akibat diterjang banjir. Selain itu, saluran irigasi milik warga juga mengalami kerusakan. Diperkirakan, total kerugian akibat banjir bandang itu mencapai Rp 150 juta. 

Iman mengatakan, petugas BPBD telah memberikan bantuan ke warga yang terdampak banjir. Bantuan itu berupa sembako, karung, dan peralatan sekolah. "Petugas kita masih berjaga bersama anggota Koramil dan Kapolsek, serta melaksanakan pembersihan lumpur di sekitar lokasi banjir," ujarnya.

Sebelumnya, berdasarkan data dari Komando Rayon Militer (Koramil) Cikajang, banjir bandang akibat luapan Sungai Cibarengkok terjadi pada Senin (11/5). Banjir itu merendam sebuah masjid, sembilan unit rumah, dan menyebabkan robohmya drainase sungai, di tiga kampung di Desa Margamulya.  

Kronologis kejadian berawal ketika hujan dengan intensitas tinggi terjadi di wilayah itu. Akibatnya, lumpur dari gunung tergerus dan mengakibatkan meluapnya aliran sungai masuk ke pemukiman.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan, banjir bandang itu terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan minimnya resapan air di hulu sungai. Dengan begitu, air meluap dan menerjang pemukiman warga.

"Penyebabnya itu curah hujan sangat tinggi, juga terjadi sedimentasi yang membuat sungai dangkal, dan ada kirmir (tembok penahan tebing) yang jebol," kata dia.

Untuk penanganannya, BPBD telah membuat laporan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Garut dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, untuk melakukan pengerukan sungai. Karena, Sungai Cibarengkok itu masih masuk wilayah BBWS.

Menurut Tubagus, BBWS sebetulnya sudah merencanakan pengerukan sungai itu pada tahun ini. Rencananya, pengerukan akan dilakukan setelah musim hujan. "Tapi karena ada pandemi Covid-19 belum ada kabar lanjutan," ucapnya.

Berdasarkan data BPBD Garut, sejak awal 2020 ratusan kejadian bencana telah terjadi di wilayah itu. Becana mulai dari gempa bumi, longsor, puting beliung, terjadi sejak Januari 2020. Iman mengatakan, jenis bencana yang palinh mendominasi adalah tanah longsor. Bencana itu terjadi hampir menyebar di seluruh kecamatan Kabupaten Garut.

"Sejak akhir April hingga sekarang, ada tujuh kejadian bencana banjir dan longsor. Itu terjadi di Kecamatan Cikajang, Banjarwangi, Cigedug, dan Pasirwangi. Memang didominasi oleh longsor," kata dia.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Garut, selama 2020 hingga akhir April telah terjadi 123 kejadian bencana. Namun, bencana yang paling mendominasi adalah tanah longsor. Dari 123 kejadian bencana yang terjadi di Kabupaten Garut sejak awal Januari hingga Maret, 82 di antaranya adalah bencana tanah longsor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement