Selasa 12 May 2020 14:40 WIB

Kementan Prediksi Harga Bawang Merah Normal pada Juni

Pada Juni, produksi dalam negeri diperkirakan akan kembali surplus.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Panen bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, kabupaten Bandung Barat, pekan lalu.  Kementerian Pertanian memproyeksikan harga bawang merah di tingkat konsumen akan kembali normal mulai Juni mendatang.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Panen bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang, kabupaten Bandung Barat, pekan lalu. Kementerian Pertanian memproyeksikan harga bawang merah di tingkat konsumen akan kembali normal mulai Juni mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, menuturkan, harga bawang merah di tingkat konsumen akan kembali normal mulai Juni mendatang. Pasalnya, produksi dalam negeri diperkirakan akan kembali surplus terhadap kebutuhan nasional.

"Juni bawang merah kemungkinan harganya sudah mulai turun," kata Prihasto dalam sebuah diskusi online, Selasa (12/5).

Baca Juga

Ia menuturkan, pada Mei 2020, neraca nasional bawang merah diperkirakan mengalami defisit 3.700 ton. Berdasarkan early warning system (EWS), aneka cabai dan bawang di lebih dari 20 provinsi mengalami defisit bawang merah.

Menurut Prihasto, situasi itu tidak lepas dari mundurnya musim tanam bawang merah pada Februari-Maret lalu. Alhasil, para petani menggunakan lahannya untuk menanam komoditas padi. Mundurnya musim panen pun berdampak pada minimnya pasokan dan mengerek kenaikan harga di pasar.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat, bawang merah di tingkat konsumen rata-rata dihargai Rp 51.950 per kg. Prihasto pun menjelaskan, pada Juni mendatang, data EWS menunjukkan akan adanya surplus produksi sekitar 5.200 ton. Ditambah, kumulatif carry over bawang merah yang menyebar di masyarakat yang diperkirakan mencapai 75 ribu ton.

Kendati demikian, Prihaso mengakui situasi pasca Juni belum tentu dalam situasi aman sepenuhnya dari segi produksi bulanan. Sebab, data EWS menunjukkan adanya fluktuasi neraca. Di mana, pada Juli 2020 diprediksi kembali defisit 990 ton. Kemudian surplus kembali bulan Agustus 2020 sekitar 5.200 ton dan kembali defisit pada September sekitar 950 ton.

Kendati begitu, Prihasto menilai fluktuasi neraca itu dipastikan tidak berpengaruh tinggi terhadap pembentukan harga. Sebab, dari akumulasi data dari bulan ke bulan, terdapat sisa stok bawang merah dari berbulan-bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari 80 ribu ton.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement