REPUBLIKA.CO.ID, Beginilah kisah Ustaz Abdul Somad (UAS) ketika mengenangkan wafatnya Guru Besar Hadits Universitas Islam Oumdurman Sudan, Prof Dr Syaikh Omar al-Ma'ruf Ali. Tulisan ini kami muat setelah mendapat izin dari beliau.
UAS mengenangkan sosok ulama besar tersebut saat mengikuti pendidikan di Univeritas Islam Oumdurman tersebut. Tampak UAS punya kaitan emosi yang dalam dengannya, terutama mengenangkan ketika dirinya menulis disertasi yang 'di bawah bimbingan' langsung Syaikh Omar. Begini tulisannya:
-------------
Kesan pertama, tidak menggoda. Syaikh Omar nanya macam-macam. Belum apa-apa, udah seperti sidang saja. Terasa betul bodoh saya di hadapan Syaikh Omar. Apalagi pas dikasih oleh-oleh dari Indonesia, dia jawab ketus, "Kami tidak menerima hadiah sebelum sidang!".
Maka, ketika pulang ke rumah, terasa mual, karena coretannya banyak sekali. Mata Syaikh Omar sangat tajam, titik pun dia permasalahkan.
Namun, setelah semuanya berlalu. Syaikh Omar membawa saya ke kampungnya. Ia perkenalkan ke keluarganya. Ia potongkan kambing. Ia suapkan ke mulut saya. Ia bawa ziarah ke makam buyutnya di bukit Syaikh Thayyib, murid Syaikh Muhammad Samman al-Madani.
Dia bawa saya berkeliling kota Khartoum dan Oumdurman. Menunjukkan tempat-tempat para wali Allah dan tempat bersejarah. Diantara ucapannya, " Mungkin engkau bertanya dalam hati. Mengapa kita selalu jumpa di masjid. Mengapa aku tak pernah membawamu ke rumahku di Oumdurman?
Belia menjawab sendiri kemudian: Aku tak punya rumah Nak. Aku menyewa rumah kecil sederhana. Lebih tiga puluh tahun aku jadi da'i Rabithah Alam Islamy yang digaji dari Makkah disamping gajiku sebagai guru besar. Semuanya kupakai untuk membangun masjid dan sekolah tahfizh."
Waktu mesti memisahkan kami. Aku pun pulang ke tanah air. Syaikh Omar selalu membalas pesan-pesan yang ku kirim melalui whatsapp. Salah satu pesannya, " Terima kasih atas cenderamata yang engkau titipkan ananda Abdul Somad. Adapun uang yang engkau selipkan, sudah habis ku bagi-bagikan kepada faqir miskin ".
Setiap hari Jumat Syaikh Omar mengirimkan pesan dan doa melalui WA. Tiba-tiba beberapa jumat tak ada berita. Pesan terakhir ucapan selamat Ramadgan. Lalu ada pesan dari Mu'ayyad putera, Syaikh Omar, calon dokter itu berkirim pesan, "Tolong doakan Syaikh Omar, sedang sakit".
Ku kirim fotoku dan Hadziq. Kata Mu'ayyad, "Syaikh Omar tersenyum melihat foto kalian". Dua hari lalu Mu'ayyad kirim lagi pesan, kondisi Syaikh kritis. lantas, aku kirimkan bacaan doa. Ku minta Mu'ayyad mendengarkan suaraku ke telinga Syaikh Omar. Doa yang pernah ia ajarkan. Paling tidak ia tau, bahwa aku mengamalkan ilmunya.
Akhirnya, tengah malam tadi, Mu'ayyad berkirim voice singkat, "Syaikh Omar sudah mendahului kita".
Selamat jalan Syaikhna
Engkau sudah lepas dari penjara dunia
Semoga kami bisa menapaki jalan keikhlasan yang pernah engkau ajarkan pada kami.
Syaikh Omar Al-Ma'ruf Ali الفاتحة