REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) akan menerbitkan surat utang global sebesar 2,5 miliar dolar AS. Sekretaris Perusahaan Inalum, Rendi Witular menjelaskan dana yang terkumpul dari surat utang global ini akan digunakan perusahaan untuk beberapa aksi korporasi dan refinincing utang.
Rendi merinci, dari dana tersebut perusahaan akan mengalokasikan 1 miliar dolar AS untuk refinancing utang yang jatuh tempo. Selain itu, perusahaan juga akan menggunakan dana tersebut untuk melakukan akuisisi saham beberapa perusahaan tambang dan juga untuk membayar pinjaman anak usaha anggota holding.
"Sisa 1,5 miliar dolar AS untuk akuisisi saham saham perusahaan tambang lainnya. Juga untuk membayar pinjaman untuk anak usaha anggota holding. Kita bantu untuk melunasi," ujar Rendi saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/5).
Holding BUMN pertambangan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) sukses menerbitkan instrumen obligasi dalam dolar AS atau Global Bond senilai 2,5 miliar dolar AS. Nilai ini setara dengan Rp 37,5 triliun (kurs Rp 15.00 per dolar AS).
Dalam penerbitan surat utang ini, Inalum menawarkan tiga tenor investasi, yaitu 5 tahun, 10 tahun dan 30 tahun. Mengenai kuponnya, untuk 5 tahun ditawarkan dengan kupon 4,75 persen, 10 tahun 5,45 persen, dan yang 30 tahun ditawarkan dengan kupon 5,8 persen. Inalum sebelumnya mendapat rating Baa2 dari Moody's dan BBB- dari Fitch.
Adapun proyek yang akan digarap Inalum di antaranya, pembangunan Smelter Grade Aluminasi Refinery di Mempawah berkapasitas 1 juta ton per tahun, PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, proyek pabrik Gasifikasi batu bara menjadi DME di Tanjung Enim, dan lain sebagainya.
Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi inovasi pendanaan yang dilakukan BUMN, seperti global bond. "Dengan ini terbukti bahwa dunia usaha internasional masih mempercayai perusahaan BUMN yang sekarang terus berbenah demi mengingkatkan daya saingnya, serta semakin transparan. Dan secara umum, Indonesia di bawah kepemimpinan pak Jokowi juga masih dipercaya oleh dunia Internasional," jelas Erick.