REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -– Harga gabah di masa panen rendeng (penghujan) 2019/2020 di tingkat petani di Kabupaten Cirebon anjlok. Hal itu menyusul berlangsungnya masa panen raya di berbagai daerah.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, menyebutan, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat ini rata-rata di kisaran Rp 3.700–Rp 4.000 per kg. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan saat awal masa panen pada akhir Maret 2020, yang masih mencapai Rp 4.400–Rp 4.600 per kg.
Penurunan harga juga terjadi pada harga gabah kering giling (GKG). Saat ini, harga GKG rata-rata di kisaran Rp 4.200–Rp 4.400 per kg. Padahal saat awal panen, harga GKG masih Rp 4.700–Rp 5.000 per kg.
‘’Harga gabah anjlok karena sekarang sedang berlangsung panen berbarengan di berbagai daerah sentra padi lainnya, seperti Indramayu dan Majalengka,’’ ujar Tasrip kepada Republika.co.id, Selasa (12/5).
Selain harganya yang turun, kata Tasrip, penjualan gabah sejak seminggu terakhir ini juga cukup sulit. Menurutnya, gabah saat ini menumpuk di pabrik penggilingan beras akibat seret-nya pendistribusian ke berbagai daerah.
Jikapun ada pembeli gabah, kata Tasrip, mereka menginginkan membeli gabah petani dengan sistem ‘tebas’ atau ijon. Dalam sistem itu, pembeli menaksir harga gabah yang masih ada di sawah dan belum dipanen. Setelah pihak pembeli dengan petani selaku pemilik tanaman mencapai kesepakatan harga, maka pembeli itu yang akan memanen gabah secara langsung dari sawah. Sedangkan petani, hanya menerima uang pembayaran yang telah disepakati dan tidak terlibat dalam panen.
‘’Berapapun hasil panennya, harganya sesuai kesepakatan di awal,’’ kata Tasrip.
Tasrip mengatakan, pembeli gabah dengan sistem tebas itu di antaranya ada yang datang dari daerah di Jawa Timur. Saat hendak memanen padi yang sudah disepakati harganya, mereka datang ke sawah petani dengan membawa mesin pemanen padi Combine.
‘’Jadi mereka tidak membutuhkan tenaga buruh panen,’’ kata Tasrip.
Tasrip menilai, meski harga yang ditawarkan oleh pihak pembelil rendah, tetapi petani terpaksa menjual gabahnya. Pasalnya, mereka terdesak kebutuhan ekonomi sehari-hari maupun kebutuhan modal untuk musim tanam gadu (kemarau) 2020.
‘’Inginnya sih bertahan (tidak menjual gabahnya). Tapi akhirnya terpaksa jual karena butuh walaupun harganya murah,’’ kata Tasrip.
Namun, kata Tasrip, bagi petani yang masih memiliki modal, mereka memiih bertahan untuk tidak menjual gabahnya. Mereka menyimpan gabah sambil menunggu harganya menjadi lebih baik.
Tasrip menyebutkan, areal tanaman padi di Kabupaten Cirebon yang sudah panen baru sekitar 45 persen dari total luas tanam 52 ribu hektare. Dia memperkirakan, masa panen raya akan terus berlangsung hingga Juni.
Sementara itu, selain di Kabupaten Cirebon, harga gabah yang anjlok juga terjadi di Kabupaten Indramayu. Selain itu, mereka juga cukup sulit mendapatkan pembeli.
Hal itu dikatakan salah seorang petani di Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Opih. Dia mengatakan, harga GKP di daerahnya hanya di kisaran Rp 3.700–Rp 3.800 per kg tergantung kualitas gabahnya. Sedangkan, GKG untuk padi jenis Kebo, dihargai Rp 4.200 per kg.
‘’Selain murah, jualnya juga susah. Kalaupun ada yang mau beli, nawarnya murah,’’ kata Opih.
Opih mengatakan, sulitnya menjual gabah itu dikarenakan tidak adanya pembeli gabah dari luar daerah, seperti Karawang. Dia memperkirakan, kondisi itu dikarenakan petani di Karawangnya juga saat ini sedang berlangsung panen.
Opih mengungkapkan, para petani saat ini sangat membutuhkan uang sehingga terpaksa menjual gabahnya walau murah. Namun, ada pula petani yang memilih menyimpan gabahnya sambil menunggu harga gabah naik.