REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia kini mencatat jumlah infeksi Covid-19 tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Per Selasa (12/5), Pemerintah Rusia melaporkan 10.899 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Menurut data John Hopkins University, total seluruh kasus di seluruh negeri kini menjadi 232.243 kasus. Ibu Kota Rusia, Moskow, dideteksi sebagai wilayah paling parah terkena dampaknya. Di Moskow saja, sudah ada lebih dari 5.000 kasus dalam 24 jam hingga Selasa.
Dilansir The Moskow Times, meskipun Rusia melaporkan lebih dari 10 ribu kasus dalam sehari selama lebih dari sepekan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa periode "tidak bekerja" yang berlaku selama enam pekan akan dicabut mulai Selasa (12/5). Kebijakan lockdown atau karantina wilayah di Moskow akan tetap ada hingga akhir Mei.
Namun demikian, beberapa pembatasan di ibu kota ada yang dicabut. Sekitar 500 ribu karyawan perusahaan yang terlibat dalam industri dan konstruksi diizinkan untuk melanjutkan pekerjaan mereka dengan syarat wajib mengenakan masker dan sarung tangan di toko-toko dan di angkutan umum.
Meski kasus sangat tinggi, tingkat kematian yang dilaporkan di Rusia jauh lebih rendah dibandingkan negara-neagra Eropa lainnya yang dilanda pandemi. Dalam 24 jam terakhir tercatat 107 kematian baru sehingga menjadikan total kematian 2.116 akibat virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 ini.
Pihak berwenang mengatakan hal tersebut bisa terjadi karena Rusia bergerak cepat untuk menutup perbatasannya dan mengisolasi mereka yang berisiko. Rusia juga mengubah rumah sakit untuk merawat pasien virus dan meluncurkan kampanye besar-besaran untuk menguji dan mengarantina mereka yang terinfeksi.
Para pejabat juga memuji upaya pengujian dan pelacakan yang meluas, meskipun kritik telah meragukan jumlahnya. Sebab Rusia menggunakan metode klasifikasi yang berbeda untuk menghitung jumlah orang meninggal karena virus.