Selasa 12 May 2020 21:38 WIB

Mengapa Waktu Kedatangan Lailatul Qadar Dirahasiakan?

Sebagian menyebut Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan

Ilustrasi Lailatul Qadar
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ilustrasi Lailatul Qadar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak dulu hingga kini, bahkan sampai kiamat nanti, Lailatul Qadar akan tetap abadi dalam kerahasiaan. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia terdorong bersungguh-sungguh untuk mendapatkan dan menggapainya.

Disamping agar manusia menghidupkan malam-malam Ramadhan sebanyak mungkin dalam rangka menjalin hubungan dengan Tuhan. Malam itu adalah malam yang lebih baik dari pada seribu bulan atau 83 tahun (QS. Al-Qadar: 3) bagi orang-orang yang beribadah dengan landasan  keimanan dan mengharap pahala serta ridha Allah SWT.

Baca Juga

Hadis-hadis yang menjelaskan mengenai Lailatul Qadar variatif dan banyak. Sebagian tidak memberikan batasan rinci dan mendorong kita untuk mengusahakannya setiap malam di bulan Ramadhan. Sebagian lain menyebut 10 hari terakhir Ramadhan. Sebagian lagi menyebut pada malam-malam ganjil dalam 10 hari terakhir Ramadhan.

Pandangan Lailatul Qadar terjadi pada malam-malam ganjil di 10 terakhir Ramadhan merupakan pendapat yang rajih (paling kuat). Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan." (HR. Bukhari).

Dalam hadis lain dari Aisyah RA disebutkan, “Adalah Rasulullah SAW, jika memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Keutamaan Lailatul Qadar terhadap malam-malam lainnya merupakan hal yang alami sebagaimana Allah melebihkan satu makhluk atas lainnya; melebihkan sebagian laki-laki atas sebagian wanita; melebihkan Makkah, Madinah dan Al-Qud atas tempat istimewa lainnya; dan melebihkan sebagian Rasul atas sebagian lainnya. Keutamaan tersebut merujuk pada keutamaan waktu, tempat, dan pribadi karena substansi yang diberikan oleh Allah SWT di dalamnya.

Adapun tanda-tanda turunnya Lailatul Qadar yang direpresentasikan dalam bentuk indahnya fenomena alam sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama tampaknya tidak cukup menjadi pegangan. Hal tersebut karena tidak ada petunjuk syariat yang secara tersurat memberikan penjelasan mengenai perubahan fenomena alam dimaksud.

Alquran sendiri hanya menyebut mengenai Lailatul Qadar dalam dua surah: Ad-Dukhan dan Al-Qadar. Di dalam surah Al-Qadar disebutkan, "Pada malam qadar itu para malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al Qadar: 4-5).

Sehingga tampaknya cukuplah bagi kita memegangi komentar Imam At-Thabari yang menyatakan, semua fenomena alam yang disebutkan para ulama bersifat tidak pasti. “Yang pasti,  turunnya Lailatul Qadar merupakan sesuatu yang pasti, namun penurunannya tidak dapat dilihat maupun didengar oleh panca indra."

Lailatul Qadar merupakan anugerah Tuhan kepada umat Muhammad agar nilai ibadah mereka sama, bahkan melebihi umat-umat terdahulu yang dipanjangkan umurnya. Hanya saja caranya, umat Muhammad harus ekstra sungguh-sungguh dalam mencarinya sebab kadar kemuliaan dan kadar keberkahan di malam Qadar itu tetap abadi dalam kerahasiaan.

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Hariyadi
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement