Rabu 13 May 2020 11:07 WIB

Kuartal I, Investasi Properti Asia Pasifik Turun 26 Persen

China dan Singapura ialah pasar yang paling terpengaruh di Asia Pasifik.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung mengenakan masker duduk di Taman Merlion, Singapura, Rabu (15/4). komersial di Asia Pasifik cenderung melemah selama kuartal I tahun 2020, Singapura salah satu yang terdampak.
Foto: EPA-EFE / HOW HWEE YOUNG
Pengunjung mengenakan masker duduk di Taman Merlion, Singapura, Rabu (15/4). komersial di Asia Pasifik cenderung melemah selama kuartal I tahun 2020, Singapura salah satu yang terdampak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investasi real estate komersial di Asia Pasifik cenderung melemah selama kuartal I tahun 2020. Menurut data terbaru dari laporan JLL Global Capital Flows, volume transaksi real estate Asia Pasifik turun menjadi 34 miliar dolar AS pada I pertama.

Jumlah tersebut menurun sebesar 26 dibanding tahun lalu di tengah wabah Covid-19, sehingga berdampak pada aliran modal ke berbagai industri dan kelas aset. China, Hong Kong, dan Singapura adalah pasar yang paling terpengaruh di Asia Pasifik, dengan aktivitas investasi menurun setidaknya 60 persen dibanding tahun lalu.

Baca Juga

Dampak paling kecil dirasakan oleh Korea Selatan dan Jepang. Kegiatan investasi tidak banyak berubah di sana, atau sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu. 

CEO Capital Markets, Asia Pasifik, JLL, Stuart Crow menyampaikan, penurunan volume transaksi Asia Pasifik di kuartal I sudah diperkirakan sebelumnya. "Banyak investor telah menghentikan aktivitas karena kondisi ekonomi yang tidak menentu dan banyak kesepakatan bisnis yang terpengaruh," katanya dalam keterangan pers, Selasa (13/5).

JLL melihat penurunan aktivitas ini berlanjut ke kuartal II, dengan volume perdagangan yang cenderung bangkit kembali dan menguat di paruh kedua tahun ini. Ada banyak investor bermodal besar menunggu peluang, dan dislokasi di pasar akan menciptakan banyak kesepakatan pada sebagian besar sektor.

Semua sektor real estate komersial dipengaruhi oleh Covid-19 pada kuartal I, dengan tingkat aliran investasi yang bervariasi dibanding tahun lalu. Volume investasi ritel mencatat kontraksi paling signifikan, turun 39 persen (yoy) karena penerapan lockdown dan penjagaan jarak aman di banyak wilayah.

Kebutuhan untuk aset perkantoran tetap tinggi bagi investor luar negeri dan domestik, namun volume turun 36 persen (yoy). Sekalipun dengan penjualan aset kantor berskala besar di China, Jepang, dan Korea Selatan.

Kegiatan transaksi hotel berkurang sebesar 22 persen (yoy). Sebagian di antaranya terbantu oleh penawaran tertentu yang diselesaikan pada awal kuartal di Jepang dan Korea Selatan. Sektor industri dan logistik investasi adalah kelas aset paling tangguh di Asia Pasifik pada kuartal pertama, dengan pertumbuhan aktivitas mencapai 9 persen (yoy).

Executive Director, Capital Markets Research, Asia Pasifik, JLL, Regina Lim, menambahkan dampak keseluruhan dari wabah Covid-19 pada pasar investasi diharapkan akan mulai terlihat lebih jelas pada kuartal kedua. Saat itu para investor fokus pada portofolio yang ada dan menggunakan waktu mereka untuk menunggu peluang yang tepat.

Meski demikian, karena aktivitas bisnis di China secara bertahap kembali normal pada bulan Maret dan beberapa ekonomi di wilayah tersebut telah berhasil menghindari penutupan wilayah secara keseluruhan, JLL percaya penurunan material tidak mungkin lebih rendah dari kuartal ini. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement