Rabu 13 May 2020 11:22 WIB

Rusia Sebut AS Ingin Kembali Sanksi Iran Langkah Konyol

AS berencana mengenakan sanksi kepada Iran setelah keluar dari perjanjian nuklir.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Vassily Nebenzia, mengecam Amerika Serikat (AS) karena berargumen masih menjadi anggota perjanjian nuklir Iran (JCPOA), Selasa (12/5). Washington diketahui telah keluar dari perjanjian tersebut sejak dua tahun lalu.

"Mereka bukan anggota, mereka tidak punya hak memunculkan sanksi," kata Nebenzia.

Baca Juga

AS, Rusia, China, Jerman, Inggris, dan Prancis pada 2015 menyetujui perjanjian dengan Iran yang mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan bantuan pelonggaran sanksi. Kemudian, AS pun keluar pada 2018 membuat sanksi terhadap Iran pun kembali diberlakukan.

Meski AS telah mengumumkan keluar dari JCPOA, Dewan Keamanan PBB masih menyebut AS sebagai peserta. Presiden AS Donald Trump keluar dari keputusan yang diambil Presiden AS sebelumnya, Barack Obama. Trump menyebut JCPOA sebagai kesepakatan terburuk yang pernah ada.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, mengatakan bulan lalu, bahasa dalam resolusi itu tidak ambigu. "Hak-hak yang diperoleh peserta dalam resolusi Dewan Keamanan PBB tersedia sepenuhnya untuk semua peserta," ujarnya.

Pompeo merujuk pada kemampuan peserta JCPOA untuk mengembalikan semua sanksi AS terhadap Iran. Penyataan itu menurut Duta Besar Rusia untuk PBB sebagai langkah konyol.

Para diplomat mengatakan, AS akan menghadapi pertempuran jika negara itu berusaha memicu kembalinya sanksi, yang mencakup embargo senjata terhadap Iran. Nebenzia mengatakan, AS mempertimbangkan langkah itu akan sepadan atau tidak.

"Pengulangan sanksi pasti akan menjadi akhir dari JCPOA ... Inspeksi yang paling mengganggu dari suatu negara oleh IAEA (Badan Energi Atom Internasional) akan dihentikan. Apakah demi kepentingan AS itu terjadi?" ujar Nebenzia.

AS telah menyinggung  bersama negara-negara Eropa untuk kemungkinan mengembalikan sanksi jika tidak dapat membuat anggota Dewan Keamanan PBB menghentikan embargo senjata terhadap Iran dari berakhir pada Oktober. Agar dapat memberlakukannya, membutuhkan sembilan suara setuju dari 15 anggota dan tidak ada veto oleh Rusia, China, AS, Prancis, atau Inggris.

"Saya tidak pernah menjawab pertanyaan sebelum waktu yang tepat datang, tetapi Anda dapat membuat tebakan liar ... Saya tidak melihat alasan mengapa embargo senjata harus dibebankan pada Iran," ujar Nebenzia menanggapi pertanyaan seputar pertimbangan Rusia untuk melemparkan veto. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement