Rabu 13 May 2020 12:12 WIB

Kisah Usaha Muslim Australia Keluar dari Dunia Hitam

Seorang muslim Australia berusaha keras keluar dari dunia hitam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Usaha Muslim Australia Keluar dari Dunia Hitam. Foto: Ilustrasi Narkoba
Foto: Mgrol120
Kisah Usaha Muslim Australia Keluar dari Dunia Hitam. Foto: Ilustrasi Narkoba

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Seorang Muslim di Australia menceritakan tentang masa remajanya yang dipenuhi kegelapan seolah berada di 'dunia hitam'. Dia  terjerat narkoba dan selalu meminum minuman keras. Selama tahun-tahun berikutnya, ia menghabiskan puluhan ribu dolar untuk memenuhi rasa candunya. Dan saat itulah ia kehilangan banyak orang yang paling dia cintai.

"Saya kehilangan pernikahan itu karena narkoba, saya kehilangan anak perempuan saya, untuk sementara waktu, karena narkoba, saya kehilangan keluarga saya," kata Mohammad, yang tidak ingin nama lengkapnya dipublikasikan, sebagaimana dilansir dari laman ABC, Rabu (13/5).

Baca Juga

Menurut dia, hanya ada dua pilihan saat itu, berubah menjadi baik atau mati. Dia pun mengingatkan kepada siapapun untuk jangan pernah menggunakan narkoba. Di seluruh Australia, diperkirakan ada ratusan ribu orang yang membutuhkan layanan rehabilitasi narkoba dan alkohol.

Mohammad mengaku lebih malu lagi terhadap agama Islam yang dianutnya. "Ini jelas lebih memalukan ketimbang di rumah tangga. Sulit untuk membuka diri terhadap anggota keluarga karena kita seharusnya tidak meminum (alkohol atau narkoba) sejak awal, jadi ini mengagetkan mereka, tergantung seberapa religiusnya mereka," katanya.

Kemudian, dia berusaha mencari bantuan layanan rehabilitasi di luar komunitasnya. Selama mengikuti rehabilitas, ia tidak pernah merasa nyaman dengan para penasihat. Lantas dia mendengar tentang Hayat House, layanan rehabilitasi narkoba dan alkohol yang melayani komunitas Muslim Sydney.

Di layanan tersebut Mohammad merasa nyaman karena itu adalah tempat para Muslim. "Saya tidak benar-benar tahu bagaimana menjelaskannya, agak lebih nyaman untuk membuka diri kepada para penasihat. Mungkin karena lebih dekat ke rumah dan kamu diperbolehkan berbicara tentang kecanduan," tuturnya.

Psikolog terlatih dan direktur klinis Hayat House, Nasreen Hanifi, telah membantu banyak orang mengatasi masalah kecanduan selama bertahun-tahun. "Orang biasanya merasa nyaman ketika mereka bisa mengakses layanan yang berhubungan dengan mereka berdasarkan kepercayaan atau budaya," jelasnya.

Hayat House buka empat hari setiap pekan. Karena ada aturan jaga jarak fisik, sesi saat ini dijalankan melalui telepon atau melalui Zoom. Sementara layanan gratis terutama melayani klien Muslim dan non-Muslim juga diterima.

Hanifi mengatakan, dia menggunakan terapi perilaku kognitif dan wawancara motivasi. Bagian lain yang juga penting menurutnya adalah melakukan pendekatan yang tidak menghakimi dan tidak bias. Dia berupaya supaya agar klien yang datang tidak fokus pada kesalahan yang mereka buat sehingga Tuhan pun akan menghukum.

"Kami berusaha untuk tidak fokus ke situ. Tujuan kami adalah untuk membantu agar mereka tidak candu lagi dan menjauhkan mereka dari itu, atau fokus pada proses pengurangan dampak buruk," jelasnya.

Namun, Hanifi mengakui, beberapa klien ingin mendiskusikan kecanduan yang dialami dengan mengaitkannya pada sisi spiritual. Untuk melayani keinginan kliennya, Hanifi menggunakan ahli teologi yang memang berkompeten pada bidang spiritualitas.

Namun dia tidak akan merekomendasikan dokternya untuk melakukannya karena diperlukan pemahaman Islam secara keseluruhan untuk melakukan konseling spiritual. "Jadi kami fokus memberikan intervensi klinis sebanyak yang kami bisa," katanya.

Di Australia, banyak klinik rehabilitasi dan detoksifikasi yang berafiliasi dengan organisasi Kristen. Hanifi mengatakan ada alasan mengapa agama kerap berafiliasi dengan layanan rehabilitasi. "Bagi orang yang punya masalah kecanduan, khususnya pada obat-obatan dan alkohol, salah satu kekhawatiran terbesar yang biasanya mereka miliki adalah keimanan mereka," ungkapnya.

Dalam penelitian yang Hanifi lakukan, ditemukan bahwa jika menerapkan spiritualitas dalam sesi konseling untuk klien Muslim, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Karena dengan begitu setiap orang bisa bicara soal emosi, momen memalukan, dan rasa malu. "Semua itu selaras dengan agama dan memberi tujuan praktis bagaimana mengelola kecanduan mereka," ucapnya.

Kini, Mohammad menemukan kehidupannya kembali di jalur yang benar. Menurut dia, pendekatan holistik layanan rehabilitasi Hayat House membantunya mengubah kebiasaan. "Banyak orang berpikir Anda hanya perlu iman, dan semuanya akan baik-baik saja. Itu kurang tepat, sebab kamu butuh iman dan dukungan psikologis," ungkapnya.

Mohammad juga mengungkapkan, Hanifi juga membantu kesembuhannya dengan memperkenalkannya pada organisasi nirlaba yang dikelola Islam, Brothers in Need. Dia biasa pergi bersama anggota organisasi tersebut pada Sabtu malam untuk memberi makan para tunawisma.

"Daripada pergi ke pub dan minum atau memakai narkoba. Ada hal-hal yang bisa saya lakukan sebagai gantinya, dan saya menikmatinya. Harapan saya untuk masa depan adalah memulai bisnis, mendedikasikan waktu saya untuk putri saya, dan menjadi bahagia, karena narkoba tidak membuat Anda bahagia," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement