REPUBLIKA.CO.ID, Penjualan Ritel di Inggris Anjlok Akibat Covid-19
LONDON -- Penjualan ritel Inggris pada April lalu terpukul setelah pemerintah memberlakukan lockdown untuk menekan penyebaran Covid-19. Anjloknya sektor ritel ini terjadi seiring melemahnya konsumsi masyarakat.
Anggota Konsorsium Ritel Inggris (BRC) melaporkan total penurunan penjualan mencapai 19,1 persen dibandingkan April tahun lalu. Penurunan ini disebut yang terdalam sejak 1995.
Barclaycard, bagian dari Bank Barclays, mengungkapkan transaksi melalui kartu kredit dan debit turun drastis mencapai 36,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan terbesar berasal dari sektor restoran dan perjalanan.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menutup banyak aktivitas ekonomi dan meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah sejak. Kebijakan tersebut sudah diberlakukan sejak Maret lalu untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Pekan lalu bank sentral Inggris, Bank of England, menyatakan kemungkinan pelemahan konsumsi serta pelemahan ekonomi yang lebih luas bakal terjadi hingga juni mendatang. Kondisi tahun ini diprediksi akan menjadi yang terburuk dalam 300 tahun.
Selama kuartal pertama hingga April, penjualan produk non-makanan di toko-toko ritel telah jatuh hingga 36 persen. Sedangkan untuk produk makanan, penjualannya meningkat sebesar enam persen.
Di sisi lain, produk non-makanan yang dijual secara daring melompat tajam hingga 60 persen pada April lalu.
"Saat lockdown diberlakukan, kebiasaan belanja masyarakat mulai berubah. Banyak yang berbelanja secara daring. Ini akan lebih aman bagi konsumen," kata Kepala Eksekutif BRC, Helen Dickinson, dikutip Reuters.
Hal senada juga disampaikan Barclaycard. Berdasarkan laporan Barclaycard, pengeluaran untuk restoran dan pubs anjlok sampai 97 persen. Namun, penjualan di rupermarket meningkat 14 persen serta pengeluaran secara daring naik 27 persen.
sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement