REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Wali Kota London, Sadiq Khan menentang wacana Liga Inggris akan dilanjutkan pada bulan Juni.
Sadiq, kata juru bicara tersebut, menginginkan kompetisi kembali bergulir atau secara umum kegiatan olahraga profesional. Namun, Sadiq tak ingin kegiatan tersebut digelar saat angka kasus corona masih tinggi.
“Dengan negara ini masih dalam cengkeraman krisis ini, dan ratusan orang meninggal setiap hari, ia percaya bahwa masih terlalu dini untuk membahas dimulainya kembali Liga Premier dan olahraga papan atas di ibukota,” kata juru bicara tersebut, dilansir dari reuters, Rabu (13/5).
Terdapat liga klub Liga Inggris yang berbasis di London termasuk Arsenal, Chelsea dan Tottenham Hotspur. Sebagai penggemar Liverpool, lanjut juru bicara tersebut, Sadiq ingin Liga Inggris digelar kembali demi mempercepat mengangkat tropi. Namun ia ingin kompetisi digelar jika keadaan sudah aman.
Sadiq tak ingin kegiatan olahraga menambah beban rumah sakit dan layanan darurat yang kini sudah berjibaku dengan pasien corona. Kini persiapan telah dilakuakn untuk melanjutkan kompetisi. Protokol kesehatan secara resmi telah dikirim kepada para pemain dan manajer Liga Inggris.
Dalam protokol tersebut menjabarkan ketentuan yang harus diikuti selama latihan. Para pemain akan dites corona sebanyak dua kali setiap minggunya serta pemeriksaan suhu harian. Para pemain juga dilarang berkumpul dengan sesama pemain usai latihan serta dilarang bepergian.
Ketua Eksekutif Asosiasi Pesepakbola Profesional, Gordon Taylor mengatakan sangat penting diperhatikan tentang pencegahan keselamatan untuk para pemain. Taylor juga meminta pemain tidak dijadikan kelinci percobaan dalam rencana digulirkannya kembali kompetisi.
"Ini tentang mendapatkan keseimbangan keselamatan dan juga berusaha untuk kembali normal semaksimal mungkin ... Kita perlu memberi kepercayaan semua orang bahwa setiap tindakan keamanan telah diambil atas nama mereka," jelas Taylor.
Inggris merupakan salah satu negara dengan kasus tertinggi terinfeksi corona di Eropa yaitu mencapai lebih dari 223 ribu kasus. Sedangkan jumlah kematian di Inggris juga tinggi yakni mencapai 32 ribu orang lebih.