REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan pelaku pariwisata di Provinsi Aceh beralih profesi menjadi petani. Usaha mereka terhenti akibat dampak pandemi Covid-19.
Kisswoyo, pemilih Travel Aceh, mengatakan dirinya terpaksa beralih profesi menjadi petani karena tidak ada kegiatan usaha lainnya yang bisa menopang perekonomian keluarga.
"Saat ini kondisi pariwisata lumpuh total. Tidak hanya di Aceh, tetapi juga hampir di seluruh dunia. Untuk menopang hidup, terpaksa beralih menjadi petani," ungkap Kisswoyo.
Kisswoyo mengaku mulai menggarap tanah miliknya yang selama ini ditelantarkan menjadi lahan bercocok tanam. Beberapa jenis tanam yang dikembangkan di antara jahe, terong, melon, dan cabai.
Kisswoyo yang juga Wakil Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Aceh berharap pandemi virus Corona yang dikenal dengan nama COVID-19 berakhir dan sektor pariwisata kembali bergairah.
"Kegiatan bercocok tanam ini tetap saya pertahankan setelah pandemi COVID-19 dan akan menjadi usaha sampingan. Pandemi COVID-19 telah mengubah pola pikir bahwa pertanian tidak boleh ditinggalkan," kata Kisswoyo.
Alih profesi jadi petani juga dilakukan Faisal. Sekretaris ASPPI Aceh ini yang sebelumnya sering membawa wisatawan berkeliling Aceh, kini mengalihkan kegiatan sehari-harinya sebagai petani.
"Banyak pelaku pariwisata di Aceh beralih profesi sebagai petani karena pandemi COVID-19. Saya beralih menjadi petani karena tidak ada kegiatan lain," kata Faisal menyebutkan.
Faisal mengatakan lahan tani yang digarapnya sekitar 3.000 ribu meter persegi. Lahan tersebut ditanami jahe serta sayuran untuk dikonsumsi sehar-hari.
"Selain tanam jahe, saya juga mengembangkan bercocok tanam dengan hidroponik. Saya akan pertahankan usaha tani ini setelah pandemi COVID-19. Paling tidak, kegiatan pertanian ini bisa menjadi usaha sampingan ke depannya," kata Faisal.