REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, pada Selasa mengecam Amerika Serikat yang dianggap "konyol" karena berpendapat bahwa mereka masih anggota perjanjian nuklir Iran dua tahun setelah keluar. Dengan begitu Washington dapat memicu kembalinya semua sanksi PBB terhadap Teheran.
Amerika Serikat, Rusia, China, Jerman, Inggris, dan Prancis pada 2015 menyepakati perjanjian dengan Iran yang mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan pembebasan sanksi. Dewan Keamanan PBB mengabadikan perjanjian tersebut dalam resolusi yang masih menyebut Amerika Serikat sebagai partisipan, meski sudah angkat kaki.
Presiden AS Donald Trump keluar dari perjanjian tersebut pada 2018 dan menganggap perjanjian dari kepresidenan Barack Obama sebagai "kesepakatan paling buruk yang pernah ada". Namun, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bulan lalu mengatakan bahwa bahasa dalam resolusi itu "jelas" dan "hak-hak yang diperoleh partisipan dalam resolusi Dewan Keamanan PBB sepenuhnya tersedia untuk semua partisipan".
Dia mengacu pada kemampuan satu partisipan perjanjian nuklir, yang dikenal sebagai JCPOA, untuk memicu apa yang disebut kembalinya semua sanksi PBB terhadap Iran. "Ini konyol," kata Vassily Nebenzia kepada wartawan. "Mereka bukan anggota, mereka tak punya hak untuk memicu itu," katanya.
Para diplomat mengatakan Amerika Serikat akan menghadapi pertempuran kotor jika negara itu berusaha memicu kembalinya sanksi, yang mencakup embargo senjata terhadap Iran. Tidak diketahui pasti bagaimana atau apakah seorang anggota Dewan Keamanan dapat menghentikan langkah seperti itu.
Nebenzia mengatakan Amerika Serikat harus mempertimbangkan apakah itu akan pantas. "Snapback pasti akan menjadi akhir dari JCPOA ... Inspeksi yang paling mengganggu dari satu negara oleh IAEA (Badan Energi Atom Internasional) akan dihentikan," katanya memperingatkan. "Apakah demi kepentingan AS itu terjadi?" lanjutnya.
Amerika Serikat telah mengajukan bersama pihak-pihak Eropa dalam perjanjian kemungkinan mengembalikan sanksi jika mereka tidak dapat meminta Dewan Keamanan beranggotakan 15 negara itu memperpanjang embargo senjata terhadap Iran, yang berakhir pada Oktober. Sebuah resolusi untuk melakukan itu membutuhkan sembilan suara dukungan dan tidak ada veto dari Rusia, China, Amerika Serikat, Prancis, atau Inggris.
Ditanya apakah Rusia akan memveto resolusi semacam itu, Nebenzia memberi pernyataan. "Saya tidak pernah menjawab pertanyaan sebelum waktu yang tepat datang, tetapi Anda dapat membuat tebakan liar ... Saya tidak melihat alasan apa pun mengapa embargo senjata harus diberlakukan terhadap Iran," katanya.