Kamis 14 May 2020 10:40 WIB

Menggali Potensi Marketplace Syariah di Indonesia

Potensi pengeluaran masyarakat Muslim terus meningkat dari tahun ke tahun.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Online marketplace.
Foto: Pexels
Online marketplace.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Marketplace menjadi salah satu rantai ekosistem yang dapat mendorong potensi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia. CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin menyampaikan potensi marketplace masih akan terus tumbuh, khususnya di masa pembatasan sosial karena Covid-19 ini.

"Meski secara total transaksi ritel, marketplace baru sekitar lima persen tapi masih akan terus tumbuh," kata dia dalam Webinar Potensi Marketplace Syariah di Indonesia, Rabu (13/5).

Baca Juga

Rachmat mengatakan masih banyak orang yang belum menikmati mudahnya transaksi jual beli dengan marketplace. Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan infrastruktur seperti akses pembayaran atau keuangan.

Misal, karena masyarakat tidak punya rekening bank atau dompet digital. Sehingga inklusifitas layanan keuangan juga menjadi pendorong majunya transaksi jual beli secara digital.

Rachmat menambahkan, Bukalapak masih terus mengembangkan segmen marketplace halal. Meski demikian, ia menjamin transaksi yang ada di Bukalapak telah sesuai dengan ethical bussiness yang juga jadi prinsip dalam transaksi syariah.

Secara umum, Rachmat menjamin Bukalapak terus meningkatkan performanya untuk jadi tempat jual beli online yang aman. Bukalapak juga terus berinovasi untuk seiring dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

"Jangan takut untuk pakai karena kami berusaha untuk selalu menyediakan tempat yang aman," kata dia.

Isu kebocoran data pelanggan marketplace yang baru-baru ini menyeruak juga menjadi perhatian Bukalapak. Rachmat menyampaikan sistem keamanan berlapis sudah diterapkan dan pengguna juga perlu aktif menjaga keamanan datanya, seperti dengan mengganti password secara berkala.

Pengamat Ekonomi Syariah, Adiwarman Karim menambahkan, masa pandemi Covid-19 saat ini telah meningkatkan potensi marketplace dan transaksi digital. Kondisi saat ini memaksa masyarakat untuk menuju era new normal.

"Covid-19 telah merubah pola hidup kita, termasuk pola balanja, pola bayar juga," katanya pada kesempatan yang sama.

Menurutnya, ini adalah saat yang tepat untuk sektor ekonomi syariah mengejar ketertinggalan. Dengan adanya teknologi, ekonomi syariah bisa meningkatkan portofolionya, baik dari segi keuangan maupun industri halal.

Peran marketplace sangat strategis karena bisa menggabungkan semua ekosistem tersebut. Adiwarman menyampaikan semua mata rantai kini sudah lengkap, sehingga ia meyakini industri ekonomi syariah bisa tumbuh eksponensial di masa depan.

"Setelah Covid-19 umat Islam akan lebih siap menggarap bisnis yang tadinya tertinggal," katanya.

Potensi pengeluaran masyarakat Muslim terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018, total pengeluaran atau konsumsinya mencapai 224 miliar dolar AS. Sebagian besar dihabiskan untuk makanan halal yang berjumlah 173 miliar dolar AS.

Pengeluaran muslim selanjutnya dihabiskan untuk busana muslim, media, travel, farmasi, dan kosmetik halal. Potensi dari sisi dana sosial Islam atau ziswaf juga terus meningkat.

Indonesia merupakan negara paling dermawan menurut World Giving Index 2018, dana zakat infaq sodakoh mencapai Rp 8,11 triliun pada 2018. Menurut data Baznas tahun 2020, perolehan dana zis juga terus tumbuh rata-rata 36,2 persen selama periode 2002-2019.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement