REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda dan Keselamatan Perhubungan Cris Kuntadi mengungkapkan angkutan logistik menggunakan moda kereta api mengalami peningkatan. Khususnya angkutan ritel atau barang saat masa pandemi virus korona atau Covid-19.
"Adanya peningkatan 16 persen pada Maret 2020 pada angkutan ritel atau barang. Ini disebabkan bertambahnya transaksi e-commerce dan pelayanan angkutan pangan," kata Cris, Rabu (13/5).
Hal tersebut terlihat saat mengunjungin Stasiun Jakarta Gudang, Stasiun Sungai Lagoa, dan Stasiun JICT Pasoso. Hanya saja, menurut Cris untuk jumlah peti kemas yang diangkut menggunakan kereta turun 15 persen selama masa pandemi.
"Penurunan jumlah peti kemas ini lebih disebabkan terjadinya penuruan pada bisnis ekspor atau impor," ujar Cris.
Cris menilai, terdapat begitu banyak potensi untuk meningkatkan angkutan logistik menggunakan kereta untuk selanjutnya. Terlebih, menurutnya mulai dari sarana dan prasarana hingga biaya atau harga.
"Dari segi tarif angkutan logistik menggunakan kereta jauh lebih murah dibandingkan dengan truk, yaitu hanya Rp 1.500 per kilogram dengan batas minimal pengiriman seberat 5 kilogram," jelas Cris.
Hanya saja menurutnya harus dibenahi, salah satunya adalah pengiriman barang kereta yang masih sebatas stasiun ke stasiun. Untuk itu, menurutnya multimoda pada angkutan barang memang harus dipecahkan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Dia menginginkan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) dapat memanfaatkan peningkatan pada pengiriman bahan pangan dan holtikultura selama masa pandemi ini. Menurutnya KAI dapat menyediakan fasilitas baru yaitu pendingin agar barang-barang tersebut tetap awet dan segar sampai ke tempat tujuan.