Kamis 14 May 2020 13:21 WIB

Restrukturisasi Bebani Likuiditas dan Pendapatan Bank

BRI menyiapkan dua skema untuk mengatasi susutnya likuiditas.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso. BRI menilai kebijakan restrukturisasi kredit akan memberikan dampak bagi likuiditas maupun pendapatan bagi perbankan.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso. BRI menilai kebijakan restrukturisasi kredit akan memberikan dampak bagi likuiditas maupun pendapatan bagi perbankan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyebut kebijakan restrukturisasi kredit akan memberikan dampak bagi likuiditas maupun pendapatan bagi perbankan. Hal ini menyusul adanya kebijakan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 11/POJK.03/2020 terkait restrukturisasi kredit.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, relaksasi berupa penundaan pembayaran pokok kredit dan berakibat pada berkurangnya likuiditas. Sementara penundaan pembayaran bunga berpengaruh pada pendapatan bank.

Baca Juga

Sunarso menjelaskan, saat ini perseroan sedang mencari solusi atas berkurangnya likuiditas. Untuk itu, perusahaan menyiapkan dua skema yakni kekurangan likuiditas akan diatasi sendiri oleh bank dengan mencari pinjaman dan penempatan dana pemerintah untuk mengganti likuiditas. 

"Kebijakannya sedang diatur makanya nanti akan ada bank peserta, bank pelaksana, yang diskusinya masih terus berjalan. Harapannya semoga pemerintah menempatkan dana di perbankan yang melakukan restrukturisasi," kata Sunarso saat paparan kinerja BRI secara virtual, Kamis (14/5).

Meskipun demikian, Sunarso menegaskan perseroan telah berhasil memperoleh komitmen pinjaman luar negeri sebesar satu miliar dolar AS pada tahun ini untuk mengatasi permasalahan likuiditas. Adapun pinjaman tersebut diperoleh dalam skema club loan yang berasal dari 10 bank regional Asia, Eropa, dan Amerika. 

Pinjaman tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur liabilitas dan meningkatkan net stable funding ratio, menjaga likuiditas valas, dan menyiapkan sumber pendanaan untuk ekspansi kredit.

"Kita dipercaya oleh internasional untuk club loan sebesar 1 miliar dolar AS dengan rate yang menurut saya sangat favorable," kata Sunarso.

Ia melihat, hal tersebut mengindikasikan kepercayaan investor asing terhadap BRI dan Indonesia masih cukup tinggi di tengah ketidakpastian global. Terlebih lagi hal itu menjadi bukti Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi menarik di dunia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement