Kamis 14 May 2020 17:05 WIB

Peneliti Temukan Irama Aneh Bintang Berusia 'Remaja'

Kelompok bintang usia muda itu dikenal sebagai Delta Scuti.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Bintang. Ilustrasi
Foto: Google
Bintang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY — Tim astronom di Australia berhasil menemukan keanehan dari gertaran bintang-bintang yang berusia 'remaja' di luar angkasa. Para peneliti dari University of Sydney yang dipimpin oleh Tim Bedding berfokus pada bintang yang dikenal sebagai Delta Scuti.

Seluruh bintang dilaporkan memiliki getaran. Bedding menggambarkan getaran itu seperti kucing yang berjalan melintasi tuts piano, namun dalam versi antarbintang. Menurut Bedding, ini seperti hanya piano dengan banyak nada yang dimainkan, namun ketika menempatkan bintang-bintang dalam kelompok Delta Scuti ini secara bersamaan tidak ada pola yang dihasilkan.

Baca Juga

“Bintang-bintang ini seluruhnya memiliki ukuran dan usia yang sama, sehingga seharusnya berdenyut pada tingkat dan tempat yang sama,” ujar Bedding dilansir The Age, Kamis (14/5).

Para peneliti berhasil memilih 60 bintang dari gugusan yang tampaknya memiliki denyut lebih teratur. Mereka lantas mengetahui mengapa begitu banyak yang tampak tidak berdaya.

“Alasan bintang-bintang lain berbeda adalah karena mereka berputar cukup cepat. Sebagai perbandingan, matahari berputar sebulan sekali, bintang-bintang ini berputar setiap hari atau lebih, yang sangat cepat,” jelas Bedding.

Rotasi tersebut begitu cepat sehingga bintang tidak lagi berbentuk bola. Tetapi, itu diperas menjadi bentuk oval dan sangat mempengaruhi denyutannya. Efeknya diperparah dengan sudut di mana Bumi melihat bintang yang berputar cepat.

Tim peneliti dapat memperoleh wawasan baru tentang bintang-bintang itu dengan menggunakan Satelit Transit Exoplanet Survei NASA (TESS). Instrumen TESS digunakan untuk menemukan planet-planet mengorbit bintang-bintang yang jauh. Ini juga berguna untuk melihat dari dekat bintang-bintang yang tidak biasa seperti Delta Scutis.

Temuan itu akan menambah kedalaman pengetahuan di bidang asteroseismologi yang sedang berkembang. Bedding mengatakan mengukur usia bintang sangat sulit.

“Jika Anda melihat ke langit, bagaimana Anda tahu berapa usia bintang yang diberikan?  Ada cara untuk mengatakannya, tetapi metode ini sangat akurat, asalkan Anda dapat mengidentifikasi denyut yang Anda lihat,” ungkap Bedding.

Tim peneliti menemukan bahwa hampir semua bintang di cluster, yang berkisar antara 60 hingga 1400 tahun cahaya, adalah bintang "remaja" yang berusia hingga 100 juta tahun. Bintang-bintang ini cukup muda sehingga kita dapat melihat mereka masih berkeliaran di dalam kelompok mereka sejak terbentuk.

Matahari diketahui berusia sekitar 4,5 miliar tahun. Namun, belum dapat dipastikan apakah lahir bersama bintang-bintang lain yang sejak itu tersebar ke bagian lain dari galaksi.

Isabel Colman, seorang rekan penulis dan mahasiswa PhD di University of Sydney, mengatakan temuan itu menarik untuk dapat mempelajari bidang baru dalam astronomi. Ia mengatakan beberapa bintang di planet sampel, termasuk beta Pictoris, hanya 60 tahun cahaya dari Bumi dan yang terlihat dengan mata telanjang dari Australia.

“Semakin banyak kita tahu tentang bintang, semakin banyak kita belajar tentang efek potensial mereka di planet mereka,” ujar Colman.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement