REPUBLIKA.CO.ID, DELHI -- Bek Hyderabad FC, Souvik Chakrabarti menceritakan bagaimana gaya Roberto Carlos saat menjadi pelatih sekaligus pemain Delhi Dynamos pada tahun 2015. Ketika itu, Souvik masih berseragam Dynamos.
Ketika Carlos berseragam Dynamos, ia adalah pemain paling disorot di sepakbola India karena statusnya sebagai pemain bintang yang pernah bermain dengan klub raksasa Spanyol, Real Madrid dan membawa Brazil meraih juara Piala Dunia 2002. Meski juga dikontrak sebagai pemain namun pekerjaannya lebih sebagai seorang pelatih.
Carlos hanya bermain tiga pertandingan sebagai pemain waktu itu. Walaupun kurang dalam memberikan kontribusi di tengah lapangan, ia mempunyai dampak kuat kepada para pemain berkat sentuhan caranya sebagai pelatih. Kata-katanya yang kuat memberikan pengaruh kepada pemain.
Berkat Carlos, Souvik juga dilatih untuk memainkan bebera posisi. Awalnya, pemain 27 tahun itu bermain pada posisi bek kanan. Carlos menunjukkan caranya bagaimanan Souvik bisa mengisi posisi secara fleksible di lapangan.
“Di ISL-2, saya masuk sebagai gelandang tengah, tetapi saya bermain sebagai bek sayap di salah satu pertandingan latihan. Saya kira kinerja saya di posisi itu pasti cukup baik untuk dilihat dan memilih untuk terus bermain saya di posisi itu. Di satu sisi itu bagus bahwa saya bisa bermain di banyak posisi karena itu menguntungkan tim dan membantu saya dalam karir saya juga,” jelasnya, dilansir dari goal, Kamis (14/5).
Souvik juga mengungkapkan bahwa Carlos tak pernah menjalani latihan tanpa sesi pertandingan. Menurut dia, sesi tersebut dapat membantu mengembangkan pemahaman yang baik antar pemain. Itu mirip latihan yang dilakukan oleh hampir semua pemain Brazil baik sesi teknis maupun lainnya. Cara tersebut merupakan yang pertama kali dialami oleh Souvik.
Pengalaman Carlos di dunia sepakbola bersama tim besar Real Madrid dan timnas Brazil memberikan inspirasi kepada pemain. Pasalnya, karirnya sukses dengan mempersembahkan banyak gelar dan dinilai sebagai salah satu bek sayap terhebat dengan tendangan keras di dunia.
Pengalaman dan kesuksesan itu digunakan Carlos untuk memompa semangat anak asuhnya sebelum pertandingan. Carlos, lanjut Souvik, akan memberitahu pemain bagaimanan menghadapi segala situasi di lapangan.
“Dia berbagi pengorbanan yang harus mereka lakukan dan keseriusan mereka dalam hal persiapan untuk pertandingan. Dia selalu mengatakan kepada kami untuk memiliki naluri pembunuh dalam permainan, dan memastikan bahwa ia dan timnya memberi seratus persen setiap kali,”katanya.
Pada akhir musim ISL 2015, Carlos memutuskan gantung sepatu. Karirnya sebagai pelatih juga pendek karena diangkat sebagai duta besar merek Real Madrid.