Jumat 15 May 2020 01:49 WIB

Uni Eropa Berencana Buka Pariwisata Mulai Musim Panas

Pada musim panas pertengahan tahun pariwisata di Uni Eropa dibuka bertahap.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Warga menggunakan masker berjalan di Market Square Bruges selama masa lockdown guna mencegah penyebaran coronavirus atau COVID-19, Belgia, Rabu (13/5). Pembatasan selama masa lockdown akibat pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata mengalami penurunan pengunjung di beberapa Negara di Eropa menjelang musim panas atau musim berlibur.
Foto: AP / Virginia Mayo
Warga menggunakan masker berjalan di Market Square Bruges selama masa lockdown guna mencegah penyebaran coronavirus atau COVID-19, Belgia, Rabu (13/5). Pembatasan selama masa lockdown akibat pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata mengalami penurunan pengunjung di beberapa Negara di Eropa menjelang musim panas atau musim berlibur.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL — Uni Eropa mulai mengusulkan dilakukan pencabutan pembatasan yang ditetapkan di negara-negara anggota secara bertahap, dalam upaya membuka kembali industri pariwisata yang telah terpukul selama pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Bahkan, langkah itu ditargetkan dapat dilakukan mulai musim panas atau pertengahan tahun. 

“Pesan kami adalah akan memiliki musim turun pada musim panas ini. Bahkan, sekalipun itu dilakukan dengan adanya langkah-langkah keamanan dan pembatasan,” ujar komisaris urusan ekonomi UE, Paolo Gentiloni dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir BBC pada Kamis (14/5).

Baca Juga

Selama pandemi Covid-19, banyak negara di Eropa yang memberlakukan lockdown, membuat perbatasan ditutup secara menyeluruh, termasuk di zona Schengen. Austria dan Jerman telah menjadi diantara anggota UE yang setuju untuk menghapus pembatasan perjalanan. 

Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan pembatasan secara bertahap mulai dilonggarkan di negara itu. Pada 15 Juni, diharapkan gerakan bebas perbatasan akan dilanjutkan sepenuhnya. 

Sementara itu, di Inggris, yang telah meninggal UE tetapi masih beroperasi di bawah peraturan organisasi supranasional itu menetapkan para pelancong untuk tidak melakukan perjalanan internasional dan orang-orang yang datang ke negara itu akan melalui karantina bagi siapapun yang melakukan perjalanan melalui udara selama 14 hari. Sementara, di Prancis dan Irlandia, turis dapat bebas dari jenis karantina tersebut. 

Komisi Eropa mengatakan pedomannya didasarkan pada prinsip-prinsip keselamatan dan non-diskriminasi. Pariwisata menyediakan hampir 10 persen dari pendapatan perekonomian negara-negara di benua tersebut dan jutaan pekerjaan di 27 negara anggota yang bergantung padanya.

Rencana yang tidak mengikat melibatkan negara-negara yang bekerja bersama UE untuk secara bertahap menghapus larangan perjalanan dan melakukan pemeriksaan perbatasan, sambil menjaga langkah-langkah yang ditargetkan untuk mengendalikan wabah Covid-19. 

"Pekerja dan pelancong perlu tahu bahwa hotel, restoran, dan pantai aman," ujar wakil presiden Komisi Eropa Margrethe Vestager.

Vestager menambahkan bahwa berbagai aplikasi pelacakan kontak sedang dikerjakan oleh negara-negara Eropa untuk memantau penyebaran virus corona jenis baru. Sementara itu, Salah satu pertanyaan besar bagi konsumen Eropa adalah apa yang akan terjadi jika perjalanan mereka dibatalkan.

Vestager mengatakan konsumen Eropa memiliki hak untuk pengembalian uang jika itu yang mereka inginkan. Ia menyebut bahwa krisis akan menjadi lebih parah jika konsumen setuju untuk mengambil voucher, jadi rekomendasi akan dibuat tentang bagaimana membuat opsi itu lebih menarik.

"Tentu saja ini bukan musim panas yang normal tetapi ketika kita semua bekerja bersama maka kita tidak harus menghadapi musim panas yang benar-benar hilang," kata Vestager.

UE sangat ingin agar negara-negara anggota dalam zona Schengen bekerja bersama. Di antara rekomendasi yang ditetapkan untuk para wisatawan pada musim panas tahun ini adalah :

-Tiket kereta api dan pesawat harus dibeli dan diperiksa secara online

 

-Aturan jarak fisik diberlakukan 

 

-Makanan dan minuman mungkin tidak lagi dijual di atas pesawat untuk membatasi kontak

-Jumlah penumpang harus lebih sedikit naik ke pesawat, bus, kereta api dan kapal feri

-Gel desinfektan harus selalu tersedia

-Penumpang bukan dari rumah yang sama harus duduk terpisah

-Semua staf transportasi harus menggunakan alat pelindung diri 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement