REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Ketersediaan pangan di Kota Tasikmalaya dijamin masih aman hingga Lebaran. Stok kebutuhan pokok dari mulai sayur-mayur, telur, hingga daging dinilai masih dapat memenuhi kebutuhan warga Kota Tasikmalaya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tasikmalaya Tedi Setiadi mengatakan ketersediaan pangan di Kota Tasikmalaya selama Ramadhan hingga Lebaran masih aman. Bahkan, terjadi penurunan harga kebutuhan pokok berdasarkan hasil pengecekan ke pasar.
"Harga sayuran menurun. Karena saat ini pasokan melimpah sedang masa panen, sementara yang membutuhkan sedikit," kata dia, Kamis (14/5).
Ia menilai, turunnya harga sayur mayur merupakan akibat pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Tasikmalaya. Sejak PSBB berlaku pada Rabu (6/10), banyak rumah makan dan restoran banyak yang tutup. Dengan begitu, kebutuhan akan sayur mayur menjadi berkurang.
Namun ada satu komoditas janis sayur mayur yang harganya naik yaitu bawang merah. Bawang merah yang normalnya dijual dengan harga Rp 25-28 ribu per kilogram saat ini meningkat menjadi Rp 35-48 per kilogram.
Tedi belum bisa memastikan penyebab harga bawang merah naik. "Kita akan telusuri penyebab bawang naik. Apakah karena PSBB, atau kelangkaan, distribusi, atau lainnya," kata dia.
Manager Asesmen Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya Yuda Wirawan mengatakan harga kebutuhan pokok di pasar-pasar Kota Tasikmalaya masih relatif stabil. Jika tak ada permintaan yang tiba-tiba melonjak, harga kebutuhan pokok akan terus stabil.
"Makanya kita terus ingatkan warga agar bijak dalam berbelanja dan tidak panic buying. Kalau panik, pasti harga akan melambung tinggi," kata dia.
Berdasarkan laporan inflasi Kota Tasikmalaya pada April 2020, tekanan inflasi dari sektor makanan berasal dari kenaikan harga bawang merah. Kenaikan harga itu memengaruhi insflasi sebesar 36,85 persen (mtm). Kenaikan harga bawang itu sejalan dengan kondisi nasional lantaran adanya keterbatasan pasokan.
Selain harga bawang, harga gula pasir juga meningkat karena keterbatasan pasokan dari produksi tebu domestik. Gula pasir memberikan andil 0,017 persen terhadap inflasi secara umum.