Kamis 14 May 2020 23:41 WIB

Dua Warga Lombok Reaktif Covid-19 Menolak Tes Swab

Satgas Covid-19 Lombok Barat berkoordinasi dengan polisi bila warga masih menolak

Seorang laki-laki menggunakan masker berada di gerbang Lingkungan Dayan Peken yang ditutup untuk antisipasi penyebaran COVID-19 di Kecamatan Ampenan, Mataram, NTB, Jumat (10/4/2020). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB jumlah kasus warga terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayah NTB yang tersebar di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan dari 10 kasus pada Rabu (8/4) menjadi 21 kasus pada Kamis (9/4) dengan rinciannya dua orang meninggal dunia dan dua orang sembuh
Foto: ANTARA/ ahmad subaidi
Seorang laki-laki menggunakan masker berada di gerbang Lingkungan Dayan Peken yang ditutup untuk antisipasi penyebaran COVID-19 di Kecamatan Ampenan, Mataram, NTB, Jumat (10/4/2020). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB jumlah kasus warga terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayah NTB yang tersebar di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan dari 10 kasus pada Rabu (8/4) menjadi 21 kasus pada Kamis (9/4) dengan rinciannya dua orang meninggal dunia dan dua orang sembuh

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tim Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, terus melakukan upaya agar dua warga yang reaktif terpapar virus corona tidak lagi menolak untuk melakukan pemeriksaan swab.

"Dua warga tersebut berinisial D (50), dan M (22). Kedua warga yang menolak dites swab tersebut diduga memiliki hubungan kontak langsung dengan pasien Nomor 203 berinisial S asal Desa Meninting yang sudah sembuh beberapa hari lalu," kata Sekretaris Camat Batu Layar, Afgan Kusumanegara, di Lombok Barat, Kamis (14/5).

Ia menyebutkan pasien yang sembuh berinisial S itu masih satu rumah dengan dua orang yang reaktif COVID-19 karena masih berkeluarga, tetapi dikhawatirkan pasien yang sembuh itu bisa terpapar lagi.

"Kami dari pihak kecamatan mengupayakan kepada dua orang yang reaktif dengan kita menyuruh pasien berinisial S yang sudah sembuh menasehati keluarganya jangan khawatir dan mau untuk tes swab. Soalnya orangnya cukup aktif sehingga kami khawatir masyarakat lain ikut tertular," ujarnya.

Jika upaya secara keluarga tidak bisa, kata dia, pihaknya akan berkoordinasi dengan puskesmas, kepolisian dan TNI untuk melakukan penindakan dengan menjemput paksa. Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Penyakit Dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, H Ahmad Taufiq Fatoni mengakui masih adanya orang tua di Desa Meninting yang masih bandel untuk melakukan pembatasan sosial dan pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu kendala.

"Upaya kami di Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Forkopimcam untuk segera melakukan penjemputan di rumah warga tersebut dengan melibatkan pihak kepolisian dan TNI," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement