REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada April mengalami defisit 350 juta dolar AS. Rinciannya, kinerja ekspor mencatatkan nilai 12,19 miliar dolar AS, sementara impor mencapai 12,54 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, meski defisit, posisi neraca dagang April masih lebih baik dibandingkan tahun lalu yang mengalami defisit hinga 2,3 miliar dolar AS. “Defisti 0,35 miliar dolar AS jauh lebih landai dibandingkan April 2019,” ujarnya dalam konferensi pers live streaming, Jumat (15/5).
Suhariyanto mencatat, selama Maret sampai April, banyak situasi terjadi di global maupun dalam negeri. Termasuk, perekonomian beberapa negara yang mengalami pelemahan dan kontraksi. Di sisi lain, angka inflasi Indonesia maupun negara lain menunjukkan pelambatan yang menjadi indiaksi permintaan sangat melemah.
Beberapa harga komoditas pun mengalami penurunan. Misalnya, harga minyak mentah Indonesia (ICP) di pasar dunia yang turun 39,6 persen. Pada Maret, nilainya masih berada pada level 34,23 dolar AS per barel, yang turun tajam menjadi 20,66 dolar AS per barel. “Bahkan, kalau dibandingkan posisi April 2019, penurunannya sangat curam, 69,8 persen,” tutur Suhariyanto.
Komoditas lain yang juga turun adalah minyak sawit, sebesar 4,1 persen dibandingkan Maret. Sementara itu, batubara juga mengalami penurunan 12,1 persen pada April dibanding bulan sebelumnya. Kalau dibandingkan April 2019, kontraksinya lebih tajam, yakni mencapai 32,5 persen.
Contoh lain, karet. Dari Maret ke April 2020, Suhariyanto mengatakan, penurunan harga komoditas karet adalah 11,3 persen.
“Jadi, apa yang terjadi pada neraca dagang April sangat dipengaruhi pelemahan permintaan dan penurunan harga berbagai komoditas,” katanya.
Sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2020 mengalami surplus sebesar 743 juta dolar AS. Komposisinya, ekspor sepanjang bulan lalu mencapai 14,09 miliar dolar AS, sementara impor 13,35 miliar dolar AS.
Sementara itu, jika dilihat secara kuartalan, kuartal pertama tahun ini juga surplus 2,62 miliar dolar AS. Sementara akumulasi ekspornya sebesar 41,78 miliar dolar AS, besaran impor mencapai 39,16 miliar dolar AS.
Suhariyanto mengatakan, kondisi neraca perdagangan yang masih surplus di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini merupakan berita menggembirakan. Hanya saja, kita masih harus terus melihat situasi pada bulan-bulan mendatang. "Khususnya di tengah situasi sekarang ini," tuturnya dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/4).